Rabu, 29 Mei 2019

Kerjanya Rakyat itu BERJUANG






Sejarah manusia tidak lekang oleh konflik kekuasaan. Apakah itu dinaman Game of Throne, Legend of 3 Kingdoms, Babad Tanah Jawa... Dengan segala kepahlawanan dan penderitaanya.... Kepentingan rakyat itu sederhana.

Nemu sebuah ungkapan di laman facebook :

Kerja rakyat itu berjuang, yakni mencari BERas, baJU dan uANG. Nek keBERJUANGan ini gampang dicapai dengan LURUS, kekuasaan PEK-EN KABEH. Ha ha ha, untalen genine.

Rakyat bisa dianggap tidak berminat dengan berbagai intrik suksesi dan kapan pelantikan penguasa, asal mendapatkan kemudahan dalam mencari mata pencahariannya. Maka kepada para peminat kekuasaan, jangan ganggu mata pencaharian rakyat agar kalian tenang menikmati kekuasaan.

Amin Rais, Edward Said, Noam Comsky

Catatan netizen di akun facebook tgl 26 Mei 2019, Sangaji :


Hari ini lagi Viral UGM mencopot gelar Profesor Pak Amin Rais. Ini informasi yg sama sekali tdk bernilai akademis dan ngaco, Menurut Informasi dari orang dekat Pak Amin bahwa pak Amin Rais itu sudah minta pensiun dini sejak beliau terjun di dunia politik sebagai ketua PAn dan menjadi ketua MPR RI tahun 1998, karena aturan PNS menentukan seperti itu. Belau bukan tipe orang kemaruk dengan semangat aji mumpung, mumpung masih jadi pejabat bisa tidak pensiun sebagai guru besar. Dengan begitu otomatis beliau tidak lagi menjadi Profesor atau guru besar di UGM. Tidak perlu dicopot akan copot dg sendirinya sesuai peraturan PNS atau ASN. Tapi beliau bisa menjadi Profesor di sekitar 70 Perguruan tinggi milik Muhammadiyah dan sekarang beliau menjadi Profesor atau guru besar hubungan internasional di Universitas Muhammadiyah Yogjakarta. Kalau di PTS maka nggak ada urusannya dengan negara, karena yg menggaji juga PTS yg bersangkutan. Di Indonesia ini aneh untuk menjadi Profesor hrs melalui SK Menteri atau Presiden, di luar negeri gelar profesor itu wilayah otonomi perguruan tinggi jadi tidak membutuhkan SK dari pemerintah, karena orang diangkat menjadi profesor itu karena pertimbangan kompetensi profesionalnya bukan yg lain. DAN SEKARANG PAK AMIN TIDAK BUTUH GELAR PROFESOR DARI UGM.

Hikayat MAR versus Doktor Kuntet Mangkulangit

29 Mei 2019

Mohammad Amien Rais (MAR) adalah intelektual organik dalam perspektif gramscian, seorang intelektual yang tidak nongkrong saja di atas menara gading dan tenggelam dalam dalam tumpukan buku-buku.
Intelektual organik turun ke jalan dan terlibat langsung dalam gerakan masyarakat menentang ketidakadilan, sedangkan intelektual tradisional sibuk dengan penelitian-perhatian semu dan bangga dengan gelar akademiknya yang berderet-deret sampai dua meter.

MAR sudah turun ke jalan pada 1998 menentang kekuasaan otoritarian Soeharto. Dia tak kenal takut, saraf takutnya sudah putus. Melawan Soeharto MAR bertaruh nyawa bukan sekadar jabatan.

Kemudian MAR beraksi lagi ketika dianggapnya presiden Gus Dur melenceng lagi dari rel, MAR tak takut melengserkannya, lagi-lagi taruhannya nyawa bukan jabatan. Kepedulian dan keterlibatan MAR dalam perjuangan bersama rakyat berada pada level langit, level para dewa.

Sekarang nyali MAR masih tetap tinggi. Usianya sudah 75 tahun sudah terlihat tak selincah 20 tahun silam, tapi semangat perlawanan itu masih tetap ada padanya, tak terlihat surut ia menentang ketidakadilan.

Tak ada yg ditakuti MAR, jangankan gelar akademik, nyawanya pun ia pertaruhkan. Karena itu lucu kalau banyak lawan politik bertepuk tangan ketika UGM mengumumkan bahwa gelar akademik MAR sebagai profesor sudah dicabut karena sudah pensiun dan tidak lagi menghasilkan karya ilmiah. Seolah-olah MAR sangat terpukul oleh pencabutan gelar itu.

Memang begitulah cara pandang intelektual tradisional yang terkungkung di kampus. Mereka merasa bangga dengan karya-karya ilmiah yg hrs disetor tiga kali setahun. Mereka bangga dengan gelar akademiknya meskipun itu berarti mereka menjadi intelektual budak alias kacung yang lupa menjalankan kewajiban organiknya.

Tak jarang untuk mengejar setoran mereka jadi tukang palak, memalak para mahsiswa untuk setor karya ilmiah yang kemudian diakui sebagai karyanya. Mereka bikin sibuk kejar setoran sampai gak sempat mikir nasib bangsa. Pada gilirannya para mahasiswa dibuat sibuk melayani dosennya sampai gak kepikiran lagi keadaan di sekelilingnya.

Dalam bahasa Ali Syari’ati MAR adalah rausyan fikr manusia merdeka yang tercerahkan, dengan intelektualitasnya ia mencapai pencerahan dan kemudian memakainya untuk mencerahkan rakyat melawan ketidakadilan.

Intelektual organik dan rausyan fikr adalah manusia merdeka, sedangkan para intelektual tradisional di kampus itu adalah kacung-kacung yang menjadi korban berkepanjangan imperialisme intelektual Barat.

Mereka menjadi hamba Scopus dan tidak sadar bahwa mereka korban penjajahan intelektual Barat. Mental inlander menjadikan mereka bangga bisa bekerja sama dengan ilmuwan barat meskipun mereka hanya menjadi pesuruh.

Ada seorang doktor anyaran yg begitu bangga dengan kampusnya di Inggris dan mengolok-olok MAR. Dia lupa MAR lulus dari Chicago University dengan predikat cum laude. Dibanding MAR anak kecil ini peanut.

Dia bangga melakukan riset dengan bule-bule dan pamer foto-foto dimana-mana. Badannya kuntet terlihat lucu di antara bule-bule. Mentalnya kuntet juga karena gak sadar bahwa dia adalah intelektual inlander. Toh dia merasa pinter setinggi langit. Pantaslah dia disebut si Doktor Kuntet Mangkulangit.

Para intelektual doktor dan profesor kuntet mangkulangit jumlahnya ribuan di Indonesia, sedangkan intelektual organik kelas langit ala MAR jumlahnya bijian. Para doktor profesor kuntet mangkulangit sibuk kejar setoran Scopus dan sibuk memalak mahasiswa dengan ngasih tugas-tugas penelitian sampai-sampai mahasiswa terbuai lupa gak sadar dan diam saja melihat ketidakadilan di depan matanya.

Julien Benda tak ragu menyebut para intelektual kuntet mangkulangit itu sebagai pengkhianat. Dalam La Trahison des Clercs, Benda mengatakan bahwa para cendekiawan yg mengurung diri di kampus dan tak peduli dengan ketidakadilan adalah cendekiawan pengkhianat.

Sejarah para intelektual besar pekat diwarnai perjuangan melawan hegemoni barat. Edward Said adalah intelektual Amerika nasrani blasteran Arab-Amerika, tapi dia adalah penentang utama hegemoni intelektual barat dan berada pada garda terdepan pembela hak-hak bangsa palestina.

Noam Chomsky, intelektual yahudi-amerika, gak punya takut menjadi pengkritik utama Amerika dan Israel. Ratusan karya tulisnya superkritis terhadap kebijakan Amerika. Ia menjuluki Amerika dan Israel sebagai teroris terbesar di dunia.

Merekalah lah contoh intelektual organik sejati. Merekalah contoh rausyan fikr tingkat langit dan level dewa. MAR ada di level langit itu. Sementara para pengritiknya sekarang berada pada level kuntet si mangkulangit.

(dad/rusdianto)

copy dari : detikperistiwa.com

Minggu, 26 Mei 2019

Defensif Sang Kyai Cholil Nafis

Virus politik sewajarnya tidak mengintervensi kemanusiaan. Namun sang kyai terlanjur "keheranan" karena Dompet Dhuafa menjadi obyek kekerasan polisi di saat aksi massa 21-22 Me1 2019 (yang menuntut dibongkarnya kecurangan pemilu melalui audit).
Ekspresi "keheranan" sang kyai justru menampilkan sikap tidak setuju atas kehadiran Dompet Dhuafa di acara demo.





Kritik Netizen yang Tidak Ditanggapi






Kritik Netizen yang Tidak Ditanggapi






Profile Dompet Dhuafa


Tahap Pengaduan ke Mahkamah Konstitusi Pilpres 2019

Pada tanggal 24 Mei 2019

Solusi Bagi Keluarga Korban 22 Mei 2019

Harun Rasyid Meninggal Dengan Luka Tembak Di Dada

Paman Korban: Saya Disuruh Tanda Tangan Untuk Tidak Menuntut

25 MEI 2019


RMOLSumsel. Salah satu korban yang jatuh pada kerusuhan 22 Mei, Muhammad Harun Rasyid (15) yang meninggal dunia dengan luka tembak persis di dada sebelah kiri.

Nurman, paman korban menceritakan, Harun pergi saat malam 22 Mei ketika kerusuhan pecah di sekitar Jalan Brigjen Katamso, Slipi, Jakarta Barat.

Waktu itu dia bersama dua orang temannya berangkat dari kediaman di Duri Kepa karena penasaran ingin melihat ada keramaian.

"Dia penasaran mungkin, temannya bilang kita lihat yuk," kata Nurman saat ditemui di rumah duka, Jalan Duri Mas Ujung RT 009/10, Duri Kepa, Jakarta Barat, Jumat malam (24/5).

Namun, kematian Harun baru diketahui oleh keluarga pada Kamis 23 Mei malam hari. "Itu ada relawan yang mengabarkan dan memfoto Harun," terang Nurman.

Pada Jumat pagi (24/5), keluarga baru mengambil jenazah Harun di Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur. Sebelumnya saat Harun meninggal, dibawa ke Rumah Sakit Dharmais.

"Di situ langsung diambil oleh Kepolisian ke RS Polri,” ujar Nurman.

Nurman memastikan, bahwa dalam video yang viral dimana seseorang tengah digebuki oleh beberapa orang petugas berpakaian Brimob di sebuah kompleks masjid adalah bukan Harun.

"Saat di RS Polri saya lihat, luka tembak persis di bagian dada sebelah kiri," ingatnya.

Namun pihaknya merasa ada yang janggal ketika mengambil jenazah keponakanya itu dari RS Polri.

"Saya suruh tanda tangan untuk tidak menuntut, ada intervensi ke saya, kalau gak mau tanda tangan jenazah gak bisa keluar," pungkas Nurman.[sri]

copy dari rmol

Jumat, 24 Mei 2019

Kotanya Jokowi, Solo : Dukungan Aksi 22 Mei


Sejumlah Massa di Solo Tuntut Wiranto dan Kapolri Mundur terkait Aksi 22 Mei di Jakar


24 Mei 2019

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Berbagai elemen organisasi masyarakat (ormas) di Solo menggelar aksi menyikapi aksi 21-22 Mei yang terjadi di Jakarta, Jumat (24/5/2019).

Dari pantauan TribunSolo.com, tampak peserta aksi berorasi di depan Mapolresta Jalan Adi Sucipto, Kecamatan Banjarsari, Solo sembari membawa poster, pada pukul 16.00 WIB.

Di antaranya, 'Meminta Wiranto, Kapolri dan Kapolda Metro Jaya Mengundur Diri', 'Meminta Komnas HAM Turun Tangan' hingga 'Menolak Kecurangan dan Pelanggaran HAM'.

Menurut Korlap Endro Sudarsono, peserta aksi di antaranya dari elemen Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS), Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS),  Front Pembela Islam (FPI), Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (Kokam), FKM, Al Huda, dan FJI.

"Aksi ini untuk mencermati pembubaran paksa oleh anggota Polri terhadap peserta aksi yang berakibat 8 orang meninggal dan 737 luka," ungkapnya di sela-sela aksi.

Endro menjelaskan, ada salah satu tuntutan peserta aksi yang berjumlah ratusan, yakni menuntut Menkopolhulam Wiranto, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian dan Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Gatot Eddy Pramono mengundurkan diri secara terhormat.

"Kami minta untuk tanggung jawab, dan mengundurkan diri sekarang," terangnya.

"Ada 8 orang yang meninggal dan 737 luka saat aksi 21-22 Mei lalu," jelasnya menekankan. (*)





http://solo.tribunnews.com/2019/05/24/sejumlah-massa-di-solo-tuntut-wiranto-dan-kapolri-mundur-terkait-aksi-22-mei-di-jakarta

Hoax, Karena merupakan Kekerasan Polisi di Thailand ?


uji sendiri, bandingan situasi yang ada di video dan foto situasi ini, apakah di Thailand ataukah Tanah Abang ? Di Thailand ada masjid seperti inikah ?




Cerita Saksi Soal Oknum Polisi Pukuli Warga Seperti di Video Beredar

24 Mei 2019

Insiden penganiayaan yang diduga dilakukan oleh orang yang berpakaian mirip Brimob terjadi saat aksi 22 Mei. Berdasarkan informasi beredar, kejadian itu terjadi di halaman parkiran yang terletak di belakang Masjid Al-Huda, Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Penganiayaan itu sempat direkam oleh seorang warga. Dalam video berdurasi 39 detik terlihat beberapa anggota polisi diduga melakukan penganiayaan kepada salah seorang warga.

kumparan kemudian berusaha memastikan kebenaran informasi itu. Setelah dilakukan penelusuran, lokasi yang disebutkan itu sesuai dengan video yang beredar. Kemudian kumparan berusaha memastikan kebenaran peristiwa itu.

Salah seorang juru parkir setempat bernama Adi (25), memastikan kebenaran kejadian itu. Ia mengatakan ada seorang warga yang dianiaya.

"Iya itu di parkiran depan," kata dia saat ditemui di lokasi, Jumat (24/5).

Adi memastikan jika warga yang dianiaya oleh anggota Brimob itu bukanlah peserta aksi 22 Mei. Jadi sebenarnya warga masuk ke rumah saat terjadi keributan, namun korban malah keluar.

"Dia (korban) keluar jadi gitu. Salahnya ada di lokasi, istilahnya, kenalah itu akibatnya," jelas Adi yang menduga korban yang dianiaya bernama Harun (dalam catatan kumparan, ada seorang korban tewas bernama Harun).

Adi tak tahu apakah korban meninggal atau tidak. Beberapa orang mengamankan korban dan membawa ke ambulans.

Imam Masjid Al-Huda, Tajudin, membenarkan adanya insiden itu. Hanya saja Tajudin tak mau berbicara banyak.

"(Detailnya) Kurang tahu saya, dia orang sini saja," kata dia.

Pihak Mabes Polri sudah merespons peristiwa ini dengan menyampaikan akan melakukan penyelidikan.

copy berita dari kumparan.com



update :
versi polisi, bahwa yg dikeroyok polisi di kompleks Masjid Al Huda itu namanya Andri bukan Harun.
Faktanya, Harun memang meninggal dalam kerusuhan 22 Mei 2019, namun dia tewas di Slipi, Jakarta Barat, bukan di area masjid al Huda

Polri Buka Suara soal Video Viral Pemukulan Remaja oleh Brimob


Sabtu, 25 Mei 2019

TEMPO.CO, Jakarta - Polri angkat bicara perihal video viral pemukulan seorang remaja oleh sejumlah anggota Brigade Mobil (Brimob) di kawasan Jakarta Pusat. Polri menyatakan korban pemukulan tersebut masih hidup.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo menjelaskan orang yang ada di dalam video tersebut adalah perusuh yang sudah ditangkap bernama Andri Bibir.

"Bahwa viral video berkonten dan narasi seolah-olah kejadian tersebut mengakibatkan korban meninggal dunia akibat tindakan aparat. Ternyata pada kenyataannya orang yang dalam video tersebut adalah pelaku perusuh yang sudah kami amankan atas nama A alias Andri Bibir," ujar Dedi saat dihubungi, Sabtu, 25 Mei 2019.

Saat kericuhan pada aksi 21-22 Mei, kata Dedi, Andri Bibir menyiapkan sejumlah batu untuk para demonstran yang hendak membuat suasana kacau. Andri juga menyediakan jeriken berisi air untuk para demonstran yang terkena tembakan gas air mata dengan maksud agar kerusuhan berlanjut.

"Batu itu disiapkan tersangka Andri Bibir untuk disuplai kepada teman-temannya yang melakukan demo. Demo ini tidak spontan, artinya by setting untuk menciptakan kerusuhan," ucap Dedi.

Perihal insiden pemukulan itu, Dedi menjelaskan, Andri berusaha kabur saat hendak ditangkap. "Tersangka Andri Bibir ini waktu lihat anggota, langsung dia mau kabur karena merasa salah," kata Dedi. Saat ini Andri Bibir ditahan di Rumah Tahanan Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya guna menjalani proses hukum.

Sebelumnya video penganiayaan personel Brimob terhadap seorang remaja menjadi viral di media sosial. Peristiwa tersebut terjadi di dekat kompleks Masjid Al Huda, di Jalan Kampung Bali XXXIII, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Dalam video itu, disebutkan korban pemukulan adalah Harun al Rasyid, 15 tahun. Faktanya, Harun memang meninggal dalam kerusuhan 22 Mei 2019, namun dia tewas di Slipi, Jakarta Barat, bukan di area masjid al Huda.

copy dari tempo

Gaya Mendidik Kepsek SMAN 1Sembalun


Kasus Tak Lulusnya AL, Diduga Kepsek Ancam 7 Guru SMAN 1 Sembalun

Tujuh guru dipaksa berikan nilai C pada AL

24 Mei 2019

Jakarta, IDN Times - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengaku terkejut setelah mendalami kasus tidak diluluskannya AL, siswa di SMAN 1 Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

Komisioner KPAI Retno Listyarti mengungkapkan, setelah ditelusuri ternyata para guru setempat ditekan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum atas perintah kepala sekolah untuk memberikan nilai jelek pada AL.

1. Tujuh guru diancam dipecat
Kasus Tak Lulusnya AL, Diduga Kepsek Ancam 7 Guru SMAN 1 SembalunIDN Times/ Dini suciatiningrum
Retno pun menerangkan kepala sekolah juga mengancam akan memecat guru jika tidak memberikan penilaian sikap C khusus untuk AL.

"Lima guru menolak mengikuti perintah kepala sekolah meski diancam akan dipecat, begitu juga dua guru PNS tetap menolak meski diancam akan memengaruhi sertifikasi dan pengajuan kenaikan pangkat," beber Retno.

2. Guru tolak permintaan kepala sekolah
Kasus Tak Lulusnya AL, Diduga Kepsek Ancam 7 Guru SMAN 1 SembalunIDN Times/Indiana Malia

Retno menambahkan, alasan penolakan guru tersebut kuat sebab AL merupakan siswa yang sopan, baik, juga pintar. Bahkan, AL menjadi panutan teman-teman sehingga ditunjuk menjadi ketua kelas selama tiga tahun.

"Nilai akademik AL juga cukup untuk diluluskan," imbuh dia.

KPAI menduga kuat bahwa upaya merekayasa penilaian sikap terhadap AL adalah upaya sistematis kepala sekolah dan kroninya untuk tidak meluluskan AL.

3. Kritik AL sesuatu yang wajar
Kasus Tak Lulusnya AL, Diduga Kepsek Ancam 7 Guru SMAN 1 SembalunIDN Times/Margith Julia Damanik
Sebelumnya diketahui bahwa sikap AL yang mengkritisi kebijakan sekolah terjadi pada Januari sampai Maret 2019.

Retno mengungkapkan, keberatan AL terhadap kebijakan sekolah dipicu oleh 30 ketentuan yang dibuat secara sepihak kepala sekolah tanpa proses musyawarah dan sosialisasi.

Adapun kebijakannya, antara lain memulangkan siswa yang terlambat, tidak boleh mengenakan jaket di sekolah, dan lainnya.

"Sebenarnya, kebijakan yang diprotes AL bukan tanpa alasan kuat, sebab di wilayah Sembalun, persis di kaki gunung Rinjani, masih musim hujan. Terlebih, jalan menuju sekolah rusak dan sulit dilalui ketika diguyur hujan, udara juga dingin sehingga mereka memakai jaket," beber dia.

4. KPAI akan menyurati Gubernur NTB dan Mendikbud RI
Kasus Tak Lulusnya AL, Diduga Kepsek Ancam 7 Guru SMAN 1 SembalunIDN Times/Margith Juita Damanik
Berdasarkan penemuan tersebut, lanjut Retno, KPAI mendorong pihak Inspektorat Provinsi melakukan investigasi dan evaluasi pada kepala sekolah atas keputusan tidak meluluskan AL yang telah memicu polemik hingga tingkat nasional.

KPAI juga mendorong Irjen Kemdikbud RI untuk berkoordinasi dengan Dinas Dikbud Provinsi dan Inspektorat provinsi NTB untuk menindaklanjuti kasus ini agar tidak terulang di kemudian hari.

Pihaknya akan segera bersurat kepada Gubenur Provinsi NTB dan Mendikbud RI.

"Kasus ini menjadi pembelajaran semua agar pihak lembaga pendidikan tidak alergi terhadap kritik peserta didik. Kritik di media sosial terjadi karena ada sumbatan menyampaikan pendapat di lingkungan sekolah," kata Retno.


copy dari idntimes

Kamis, 23 Mei 2019

Siapakah yang Mengajak Boikot Dompet Dhuafa?

Apakah akun @newsjudi itu milik Bambang Suherman yang posisinya sebagai Direktur Program Dompet Dhuafa?
Apa motif lembaga amal kok diboikot dan diarahkan ke lembaga amal yang lain ? Ada apa dengan Bang Nadirsyah sebagai elit ormas ? Siapa yang memanfaatkan untuk mengeskalasi fitnah terhadap Dompet Dhuafa ?
Pemukulan oleh aparat kepada tenaga medis tidak mendapat perhatian, tetapi dijadikan menjatuhkan badan amal pesaing?



Contoh Eskalasi


Nadirsyah

Rabu, 22 Mei 2019

Peluru Tajam Polisi?

"Saya ulangi, tidak dibekali peluru tajam. Kami pastikan. Jadi kalau besok ada penembakan dengan peluru tajam, bisa dipastikan bukan pasukan TNI dan Polri. Ada penumpang gelap," sambung Iqbal. (msn.com)


Kepolisian mengatakan tidak akan menggunakan senjata tajam dalam menghadapi rencana aksi massa saat pengumuman hasil pemilihan presiden oleh Komisi Pemilihan Presiden pada 22 Mei (20 Mei 2019 - bbc.com)

Polisi Bantah Ada Personelnya yang Masuk Masjid untuk Kejar Pendemo (22 mei 2019 - kumparan.com)



Massa Jarah Peluru Tajam Milik Polisi di Kawasan Slipi


22 Mei 2019


VIVA – Massa menemukan peluru tajam dari dalam rombongan mobil polisi yang dicegah saat melintasi kawasan Slipi, Jakarta Barat, Rabu 22 Mei 2019. Selain itu, massa membakar dua bus di kawasan tersebut.

Peluru tajam ini ditemukan warga saat mencoba menjarah isi di dalam kendaraan Toyota Rush dengan nomor polisi 142106-14. Selain peluru hampa, massa juga menemukan peluru karet dan peluru yang diperkirakan kuat sebagai peluru tajam.

Jumlahnya memang lebih banyak peluru hampa dan peluru karet. Peluru-peluru dari mobil polisi itu terlihat tercecer di jalan dekat dengan mobil yang diduga memang mengangkut logistik untuk mengendalikan massa.

Massa yang terlibat bentrokan dengan polisi di kawasan Slipi, Jakarta Barat, melakukan pembakaran terhadap kendaraan milik polisi yang terjadi di kawasan tersebut. Ada dua bus milik polisi yang dibakar massa. Sementara dua bus dan satu kendaraan kecil mengalami rusak parah, namun belum sepat dibakar massa.

Dari pantuan VIVA, saat ini petugas yang berada di kawasan Slipi dan Petamburan, Jakara Barat, berupaya untuk mengejar pelaku pembakaran. Massa ini masih bertahan di kawasan fly over Slipi.

Saat ini, situasi di kawasan Petamburan masih memanas. Petugas dari personel TNI ikut dikerahkan untuk menenangkan massa. Sebelum masuk waktu salat Dzuhur tadi, massa sempat mundur dan tidak melakukan perlawanan.

Namun, kini situasi kembali ramai. Massa kembali berupaya memancing petugas dan melakukan pelemparan dengan batu.

copy dari viva.co.id

Berita versi CNN - mengalami perubahan judul



Semboro dalam Mengelola Negara




cek Bloomberg

Untuk Apa Tahu Dalang Kerusuhan ?

Wiranto Klaim Tahu Siapa Dibalik Ambulan Penuh Batu dan Uang


22 Mei 2019

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Wiranto mengatakan kepolisian telah menyita satu buah mobil ambulan berlogo partai politik pada insiden kerusuhan di Jalan KS Tubun, Slipi Jakarta Barat, Rabu dini hari, 22 Mei 2019. Wiranto mengatakan saat ini tengah dikaji soal partai yang menjadi dalang kerusuhan ini.

Baca juga: Kerusuhan di Petamburan, Polisi Sita Ambulan Partai Berisi Batu

“Kami sebetulnya sudah tahu dan sedang dalam kajian," kata Wiranto di kantornya pada Rabu, 22 Mei 2019. "Kami punya aparat intelijen yang mengamati perkembangan situasi sebelum pemilu, pada saat pemilu dan setelah pemilu."

Wiranto mengatakan setelah kajian itu akan segera dilanjutkan dengan tindakan hukum. "Jangan dikira kami tidak tahu. Aparat telah siap dan akan melakukan langkah hukum tegas."

Sebelumnya, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Muhammad Iqbal mengatakan kepolisian telah menyita satu mobil ambulan partai yang menyimpan batu dan alat pada insiden yang terjadi pukul 03.00, Rabu, 22 Mei 2019 itu.

"Ada bukti-bukti, antara lain, ada satu ambulan yang ada (logo) partainya, penuh dengan batu dan alat-alat. Setelah digeledah, ternyata masih banyak amplop dan uang. Kami sita dan sedang dalami hal tersebut," kata Iqbal di kantor Menkopolhukam, Rabu, 22 Mei 2019.

Sekitar 200 orang telah menyerang asrama Polri Petamburan pada Rabu dini hari. Massa menyerang asrama menggunakan batu, molotov, petasan dan botol. Mereka juga melakukan pengerusakan bangunan dan 11 mobil, serta membakar 14 kendaraan pribadi dan dinas.


copy berita dari : tempo.co


Minggu, 19 Mei 2019

Hasil Pengitungan DPD menjadi Rujukan Suara Pilpres (2)













Hasil Pengitungan DPD menjadi Rujukan Suara Pilpres (1)

Selasa, 14 Mei 2019

Sisi Lain Jokowi sebagai Presiden



Dandhy Dwi Laksono
12 Mei 2019

PRESIDEN RANDOM.


Rekam jejak kebijakannya tak terstruktur. Cenderung acak, tidak konsisten, bahkan kontradiktif antara satu dan yang lain.

Suatu kali menyatakan banjir dan macet di Jakarta akan lebih mudah diatasi jika jadi presiden. Lalu setelah jadi presiden, ia berbicara tentang pentingnya reklamasi Teluk Jakarta yang diintegrasikan dengan Proyek Garuda atau Tanggul Laut Raksasa (Giant Sea Wall) dengan dalih melindungi ibukota negara dari naiknya muka air laut akibat pemanasan global.

Namun kemarin tahu-tahu melompat ke helikopter dan survei lokasi ibukota negara yang baru di Kalimantan. Untuk menarik simpati publik, ia bahkan menyatakan proyek pindah ibukota ini tidak memakai APBN (CNN Indonesia Mei 2019).

Sebuah gagasan yang terdengar heroik dan kreatif, tapi sebenarnya berbahaya. Bagaimana mungkin infrstruktur dan fasilitas publik diongkosi dari sumber-sumber privat yang tidak gratis dan membawa serta aneka kepentingan?

Mei 2015, di lokasi sawah milik anak usaha grup Medco di Merauke, Presiden Jokowi menyatakan hendak mencetak sawah satu juta hektar dalam tiga tahun. Pernyataan ini mengejutkan petugas pertanian dan pengairan di Papua.

Gagasan yang bombastis. Sebombastis permintaan Dayang Sumbi kepada Sangkuriang. Belum lagi warga adat yang khawatir tanahnya akan dirampas. Dan proyek itu memang terbukti gagal total.



Ada lagi program peremajaan kelapa sawit yang dimulai di Sumatera Selatan tahun 2017. Rekaman ini juga menunjukkan semangat Presiden mendorong monokulturisme. Petani harus seproduktif perusahaan. Ia tak peduli, bahwa basis produksi rakyat seharusnya tanaman multikultur agar tidak tergantung pada satu jenis tanaman dan rentan menghadapi fluktuasi harga.

Jika pun harus monokultur karena keterbatasan lahan, maka semestinya mereka didorong untuk menanam tanaman pangan. Bukan tanaman komoditi seperti karet atau sawit.

"Kalau perusahaan bisa 8 ton CPO per tahun, petani juga harus bisa 8 ton. Jangan 2 ton.," katanya, disambut tepuk tangan jajaran birokratnya. Ia bahkan muncul dengan gagasan fakultas kelapa sawit. Ini gagasan acak selanjutnya setelah meminta perguruan tinggi membuka jurusan meme.

Tak lama kemudian, harga sawit pun anjlok. Ia lalu dengan enteng minta petani ganti tanaman jengkol atau durian, seolah mereka punya lahan yang luas untuk melakukan transisi dari tanaman lama yang kurang menghasilkan, ke tanaman lain yang baru mulai bisa dipetik hasilnya 5-10 tahunan kemudian.



Ini sama dengan program bombastis lainnya: mencetak 10 Bali baru dalam empat tahun untuk target 20 juta wisman di 2019. Dari Toba sampai Mandalika, dan Raja Ampat. Lalu dikoreksi sendiri karena realisasi baru sampai Toba dan Borobudur. Itupun dengan konsep mass tourism yang sarat masalah.




Inkosistensi dan kebijakan acak lainnya adalah tentang pendidikan dan infrastruktur. Dua kliping berita digital ini cukup menggambarkan betapa tak terstrukturnya cara berpikir, prioritas, bahkan gagasan-gagasan yang saling bertabrakan.

"Jokowi: Negara Maju Utamakan Pendidikan, Bukan Pembangunan Infrastruktur" (Detik Mei 2014)

"Hadiri Acara Kesehatan dan Pendidikan, Jokowi Minta Izin Bicara Infrastruktur" (Kompas Februari 2019)

Agar hanya tak baca judul. Ini kutipan-kutipan dari kedua berita tersebut:

"Sejak awal, saya sampaikan dalam membangun negara di mana pun, pendidikan harus nomor satu. Jangan pembangunan ekonomi atau pembangunan infrastruktur." (Mei 2014, Gubernur Jakarta)

"...pemerintah selama 4,5 tahun terakhir memang fokus pada pembangunan infrastruktur. Menurut dia, infrastruktur ini sangat penting bagi daya saing Indonesia yang masih rendah ketimbang negara-negara tetangga." (Februari 2019, Presiden RI).

Jika Anda lebih tekun menggeledah jejak digital pernyataan-pernyataannya terkait kebijakan pembangunan Presiden Jokowi, akan lebih banyak lagi hal-hal yang mencengangkan. Seperti soal izin investasi, tol laut, atau "BBM satu harga".

Dengan rekam jejak seperti ini, saya khawatir, pidato pertamanya saat menginjakkan kaki di ibukota yang baru adalah tentang rencana pindah ibukota.

copy dari akun facebook dengan sedikit penaataan pemuatan link referensi berita/video.

Senin, 13 Mei 2019

Pesan Cawapres 2014 : Begitu Otoriter, People Power Melawan









JK: Begitu Anda Otoriter, People Power Melawan!


Rabu 02 Juli 2014


Jakarta - Cawapres nomor urut dua Jusuf Kalla (JK) melihat kepemimpinan otoriter ala Orba tidak layak diaplikasikan di zaman sekarang. Bila itu terjadi, maka kekuatan rakyat akan melawan.

"Kalau kita lihat Orde Baru adalah sebagian dari sejarah bangsa. Waktu zaman 1970-1980-an sistem otoriter oke, kalau sekarang Anda tidak mungkin mengkopi zaman Orde Baru di tahun 2014," kata JK kepada detikcom di kediamannya, Jl Dharmawangsa No 6, Jakarta Selatan, Rabu (2/7/2014).

Begitu gaya Orde Baru dibawa ke masa kini, menurut JK, akan merusak keinginan masyarakat untuk terbuka. "Pak Harto hebat zamannya tapi tidak sekarang, sekarang eranya terbuka, pemimpin harus mendengar rakyatnya dan itu Jokowi-JK," ujarnya berpromosi.

Menurut JK saat ini bukan eranya pemimpin otoriter karena masyarakat semakin cerdas.

"Begitu Anda ingin otoriter, langsung people power melawan. Itu terjadi di mana-mana sejarah dunia. Biasanya terjadi di negara-negara seperti Thailand atau di Irak, bahkan Mesir," kata JK.


(van/nrl)

copy dari : detik

Minggu, 12 Mei 2019

Resep Emil Mengejar Ketertinggalan Negeri


Sabtu, 11 Mei 2019

Mengamalkan Agama dan Mengamalkan Pancasila

Jumat, 10 Mei 2019

Menteri Menggunakan Kewenangannya Untuk Melanggar Hukum ?

YLBHI: Menko Darmin Nasution Melanggar Hukum Tutup Data HGU


Jumat, 10 Mei 2019

Jakarta, CNN Indonesia -- Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) menuding Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution telah menggunakan kewenangannya untuk melanggar hukum karena sudah membatasi publik untuk mengakses data-data Hak Guna Usaha (HGU).

"Menurut kita Menko sudah menggunakan kewenangannya tapi digunakan untuk melanggar hukum," kata Wakil Ketua Bidang Advokasi YLBHI Era Purnamasari, saat diskusi, di gedung YLBHI, Jakarta, Kamis (9/5).

Menurut Era, hak keterbukaan terhadap data HGU sudah dijamin oleh Undang-undang dan diperkuat oleh putusan-putusan Mahkamah Agung (MA).

Atas dasar itu, Era mengatakan Menko Darmin bisa dijerat hukum jika diduga dengan sengaja menghalangi orang untuk mendapatkan data HGU yang merupakan hak informasi publik.

"Menteri ini bisa dijerat kalau dia misalnya patut diduga sengaja untuk menghalangi orang untuk mendapatkan informasi publik," jelas Era.

YLBHI mendesak agar Ombudsman segera melacak kejanggalan dalam proses diedarkannya surat yang berisi bahwa pemerintah membatasi akses data dan informasi HGU perkebunan kelapa sawit.

"Dilacak apa rasionalisasinya surat ini lahir dan siapa pihak-pihak yang diuntungkan dari surat ini," ujar Era.

Selain itu, YLBHI menilai surat Menko Darmin mempertegas upaya sistematis untuk tidak membuka data HGU. Era juga menambahkan pihaknya telah melaporkan Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR) ke Mabes Polri atas masalah data HGU ini namun tidak ditindaklanjuti.

"Kami baru dapat kabar kemarin ternyata Mabes Polri limpahkan kasus ini ke Polda Papua. Kami nilai ini suatu upaya untuk sengaja tidak mau mengusut. Karena Polda sulit menuntut Menteri," lanjutnya.

Lihat juga: Pemerintah: Larangan Buka Data Pemilik HGU Demi Kekayaan RI

Era menambahkan bahwa para petani dan korban dalam perkebunan HGU terutama sawit masih berjuang untuk mendapatkan data-data HGU.

Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Pangan dan Pertanian Musdalifah Machmud memberi surat kepada Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), dan pimpinan perusahaan-perusahaan di sektor kelapa sawit.

Dalam salinan surat yang diterima CNNIndonesia.com, Musdalifah menyatakan pemerintah membatasi akses data dan informasi HGU perkebunan kelapa sawit demi melindungi data dan informasi kelapa sawit yang bersifat strategis bagi ketahanan ekonomi nasional dan dalam rangka perlindungan kekayaan alam Indonesia.

Hal ini dilakukan sebagai komitmen pemerintah untuk meningkatkan praktik perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan serta menindaklanjuti hasil pertemuan pemerintah Indonesia dengan Komisi Uni Eropa. Menurutnya, pemerintah memerlukan dukungan seluruh pemangku kepentingan kelapa sawit.

"HGU, misalnya, di Amerika kan tidak ada yang buka data-data mereka. Masak Indonesia mau buka semua isi daleman kita," ujar Musdalifah saat dihubungi CNNIndonesia.com.

Musdalifah menerangkan informasi mengenai pemanfaatan tata ruang bisa diakses. Namun, untuk informasi terperinci mengenai nama pemegang dan salinan akte dibatasi agar tidak sembarang dimanfaatkan.

"Kita (Indonesia) harus ada ketegasan sebagai tindak lanjut dari Delegated Act (Uni Eropa), kita semakin hati-hati dalam menjaga kekayaan alam kita," katanya.

(sas/DAL)


copy dari CNN Indoensia

Rabu, 08 Mei 2019

Hak Publik Akses Data HGU

 

Pemerintahan Jokowi Larang Publik Akses Pemilik dan Peta HGU

Rabu, 08/05/2019

Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah membatasi akses data dan informasi Hak Guna Usaha (HGU) kebun kelapa sawit ke publik dan menunda evaluasi perizinan perkebunan komoditas itu.

Arahan tersebut tertuang dalam surat Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Pangan dan Pertanian Musdalifah Machmud kepada Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), dan pimpinan perusahaan-perusahaan di sektor kelapa sawit tertanggal 6 Mei 2019.

Dalam salinan surat yang diterima CNNIndonesia.com, Musdalifah mengungkapkan komitmen pemerintah untuk meningkatkan praktik perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan serta menindaklanjuti hasil pertemuan pemerintah Indonesia dengan Komisi Uni Eropa terkait kebijakan sawit memerlukan dukungan seluruh pemangku kepentingan kelapa sawit.

Dukungan tersebut, termasuk dalam melindungi data dan informasi kelapa sawit yang bersifat strategis bagi ketahanan ekonomi nasional dan dalam rangka perlindungan kekayaan alam Indonesia.

"Terhadap hal tersebut, kementerian/lembaga dan pemerintah daerah terkait mengklasifikasikan serta menetapkan data dan informasi mengenai HGU kebun kelapa sawit (nama pemegang, peta, dan lokasi) sebagai informasi yang dikecualikan untuk dapat diakses oleh pemohon informasi publik sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2010 tentang Keterbukaan Informasi Publik," ujar Musdalifah seperti dikutip dari suratnya, Rabu (8/5).

Musdalifah juga meminta perusahaan sawit untuk melindungi data dan informasi kelapa sawit. Untuk itu, pelaku usaha diharapkan untuk tidak melakukan inisiatif membuat kesepakatan dengan pihak lain dalam pemberian data dan informasi yang terkait kebun kelapa sawait.

Pihak lain yang dimaksud antara lain konsultan, lembaga swadaya masyarakat (NGO), lembaga multilateral,dan pihak asing.

Dikonfirmasi, Musdalifah membenarkan telah mengirimkan surat tersebut. Menurut Musdalifah, pembatasan akses data dan informasi terkait sumber daya suatu negara juga dilakukan oleh negara lain.

Lihat juga: RI-China Urung Sepakati Peremajaan Sawit di Jalur Sutra

"HGU, misalnya, di Amerika kan tidak ada yang buka data-data mereka. Masak Indonesia mau buka semua isi daleman kita," ujar Musdalifah saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (8/5).

Musdalifah menerangkan informasi mengenai pemanfaatan tata ruang bisa diakses. Namun, untuk informasi terperinci mengenai nama pemegang dan salinan akte dibatasi agar tidak sembarang dimanfaatkan.

"Kita (Indonesia) harus ada ketegasan sebagai tindak lanjut dari Delegated Act (Uni Eropa), kita semakin hati-hati dalam menjaga kekayaan alam kita," ujarnya.

Sebagai informasi, Komisi Uni Eropa telah mengesahkan aturan pelaksanaan (delegated act) terkait kebijakan arah energi terbarukan (RED II) pada Februari 2019 lalu. Salah satu isi dari kebijakan tersebut adalah mengkategorikan minyak kelapa sawit mentah (CPO) sebagai produk tidak berkelanjutan. Akibatnya, penggunaan CPO untuk bahan bakar kendaraan bermotor harus dihapus.

(sfr/agi)

copy dari CNN Indonesia 


MA Perintahkan BPN Buka Daftar Para Pemegang HGU Lahan Kelapa Sawit


 06 April 2017

Mahkamah Agung memerintahkan pemerintah membuka daftar para pemegang hak guna usaha (HGU) lahan kelapa sawit untuk dibeberkan kepada masyarakat. Kementerian terkait harus mengumumkan karena daftar itu bukan bagian yang dikecualikan UU Keterbukaan Informasi Publik.

Kasus bermula saat Forest Watch Indonesia (FWI) meminta Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (BPN) membuka informasi kepada masyarakat tentang dokumen para pemegang HGU lahan kelapa sawit di Kalimantan. Permintaan itu ditolak Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN.

FWI tak tinggal diam dan membawanya ke meja hijau. Gayung bersambut. Permohonan FWI dikabulkan Komisi Informasi Pusat pada 22 Juli 2016, yang memerintahkan pemerintah membuka perincian:

1. Nama pemegang izin HGU.
2. Lokasi.
3. Luas HGU yang diberikan.
4. Jenis komiditas.
5. Peta area HGU.

Atas vonis itu, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN mengajukan keberatan. Tapi hal itu ditolak Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta pada 14 Desember 2016.

Masih tidak mau membuka daftar HGU hutan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN mengajukan kasasi. Apa kata MA?

"Menolak Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (BPN)," demikian lansir panitera MA dalam website-nya, Kamis (6/4/2017).

Duduk sebagai ketua majelis kasasi adalah hakim agung Yulius dengan anggota Yosran dan Irfan Fachrudin. Menurut majelis, dokumen administrasi yang berhubungan dengan HGU tidak termasuk informasi yang dikecualikan kepada publik sebagaimana dimaksud Pasal 11 Ayat 1 huruf c UU Nomor 14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.   
(asp/fdn)

copy dari : detiknews

Selasa, 07 Mei 2019

KSAD Tampil Bergaya

Tanggapan Rizal Ramli atas tampilan KSAD

KSAD Pastikan Tindak Tegas Letkol AD Yang Beri Informasi Kepada Rizal Ramli


Senin, 06 Mei 2019,

Kepala Staf TNI Angkatan Darat mengaku akan memproses secara hukum terhadap oknum Letnan Kolonel yang memberikan info bohong terhadap Rizal Ramli terkait keterlibatan Babinsa dalam proses pencatatan suara di TPS.
Berita terkait

"Kita (TNI) Angkatan Darat akan memproses hukum pemberi info bohong kepada salah satu tokoh bangsa tadi, kita akan memproses hukum," ucap Jenderal TNI Andika Perkasa kepada awak media di Gedung Dinas Penerangan Angkatan Darat, Jakarta Pusat, Senin (6/5).

Menurut Andika, jika oknum pemberi info bohong terhadap Rizal Ramli merupakan dari TNI AD, dirinya akan memastikan untuk memproses hukum secara tegas.

"Kalau dia benar anggota TNI aktif Angkatan Darat, maka kewenangan ada di kami untuk memproses, itu tidak diragukan lagi dan itu sudah akan kita mulai," tegasnya.

Andika mengaku akan menelusuri siapakah Letnan Kolonel yang disebut Rizal Ramli di twitnya. Menurutnya, informasi itu adalah bohong dan dapat merusak institusi TNI Angkatan Darat.

"Karena memang ini berita bohong, berita bohong yang dampaknya kemudian membuat minimal membuat institusi kami sendiri tercemar, karena seolah-olah (TNI) Angkatan Darat sudah memiliki hasil," katanya.

"Karena yang paling rugi ya saya, karena memang itu nggak kami lakukan, mendata saja tidak, jadi selain memberikan info bohong kepada orang lain dia juga membuat (TNI) Angkatan Darat terlihat tidak netral. Pasti kami proses hukum," lanjutnya.

copy dari RMOL

Minggu, 05 Mei 2019

Situng KPU Dibuat Untuk Apa ? (2)






Rabu, 01 Mei 2019

Situng KPU Dibuat Untuk Apa ?

KPU Menutup pendaftaran Pilpres 2019

 

 

 

 

KPU: Data Situng Bukan Hasil Resmi Penghitungan Suara

Selasa, 30 April 2019

suarasurabaya.net - Arief Budiman Ketua KPU RI menekankan data yang ditampilkan dalam Sistem Informasi Penghitungan Suara (Situng) bukan merupakan hasil resmi penghitungan suara.

"Situng bukan hasil resmi penghitungan perolehan suara. Penetapan hasil rekapitulasi penghitungan perolehan suara dilakukan secara berjenjang sesuai tingkatannya dalam rapat pleno terbuka," kata Arief di Jakarta, Selasa (30/4/2019).

Terkait adanya laporan dari Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi atas adanya 9.440 entri data yang salah dalam Situng, Arief menjelaskan bahwa data dalam Situng adalah data yang disalin petugas apa adanya dari formulir C1 yang diterima dari setiap TPS.

"Data entri yang ditampilkan pada menu Hitung Suara adalah data yang disalin apa adanya sesuai dengan angka yang tertulis pada Salinan Formulir C1 yang diterima KPU Kabupaten/Kota dari KPPS. Jadi jika C1 itu tertulis 123 maka dimasukkan 123, ditulis apa adanya," jelas Arief seperti dilansir Antara.

Jika kemudian terdapat kekeliruan pengisian data pada formulir C1, dapat dilakukan perbaikan pada rapat pleno terbuka rekapitulasi di tingkat kecamatan.

Dia menegaskan jika ada kesalahan pada C1, KPU tidak boleh berinisiatif mengoreksi melalui Situng melainkan harus melalui rapat terbuka di kecamatan.

"Jadi salah kalau bilang sekarang ini salah, ini nggak cocok. Kami kan menyalin apa adanya dengan C1, jika kemudian ternyata salah maka dikoreksi di kecamatan melalui rapat pleno terbuka," jelas dia.

Adapun Bawaslu sebelumnya telah meminta KPU RI untuk berhati-hati dalam memasukkan data dalam Situng. Meski demikian masyarakat diminta untuk memahami bahwa data dalam Situng bukan merupakan data resmi penghitungan suara.

Penghitungan suara akan direkapitulasi secara bertingkat dan dihadiri seluruh pihak termasuk para perwakilan peserta pemilu.(ant/iss/ipg)

copy dari suarasurabaya.net


KPU Akui Potensi Kecurangan Petugas Input Data Situng

Minggu , 21 April 2019

JAKARTA - Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman mengakui adanya potensi kecurangan yang dilakukan petugasnya saat menginput data hasil perhitungan suara pemilu ke Sistem Informasi Perhitungan (Situng).

Pengakuan merupakan tanggapannya atas protes Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi yang menyebut adanya petugas KPU yang curang.

"Nanti kita cek ya. Kan ada yang sengaja, ada yang... Saya tidak bisa menyimpulkan ini apakah terjadi kesengajaan atau human error, atau tidak sengaja atau bagaimana," kata Arief Budiman saat ditemui di Kantor KPU RI, Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Minggu (21/4/2019).

Dia menjelaskan kalau kesalahan input data yang terjadi saat ini, pernah terjadi pada pemilu-pemilu sebelumnya. Faktor utamanya disebabkan oleh kesalahan input data oleh petugas. Sehingga ia beranggapan kalau kejadian salah input data hasil penghitungan suara pilpres di 9 TPS murni kesalahan petugasnya (human error).

Sebelumnya, BPN Prabowo-Sandi memprotes KPU. Mereka menduga KPU melakukan kecurangan karena adanya kesalahan input data hasil penghitungan suara pilpres yang keliru, yakni jumlah suara Prabowo-Sandi di dalam Situng berbeda dengan hasil penghitungan suara yang tercatat dalam form C1.

Ketidaksesuaian ini lantas ditanggapi oleh KPU dengan menyebutkan sembilan TPS yang terindikasi telah salah dalam melakukan input data. Di antaranya berasal dari Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu di TPS 17 Kelurahan Jempong Baru, Kecamatan Sekarbela yang sudah dikoreksi KPU.

Lalu di Lombok Tengah TPS 03 Desa Gonjak Kecamatan Praya sedang dalam koreksi penginputan. Di DKI Jakarta, tepatnya di TPS 93 Bidara Cina, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur pun sudah dikoreksi KPU.

Kemudian di TPS 10 kelurahan laksamana, Dumai, Provinsi Riau sudah dikoreksi penginputannya. Lalu di Jawa Tengah ada dua TPS yakni di TPS 25 Kelurahan Banjarnegoro, Kecamatan Martoyudan, Kabupaten Magelang sudah dikoreksi. Di TPS 7 Kelurahan Rojoimo Kecamayan Wonosobo masih dalam proses penginputan.

Di Maluku ada satu TPS, yaitu di TPS 6 Kelurahan Lesane Kota Masohi, Kabupaten Maluku Tengah sudah dikoreksi. Di Banten, tepatnya di Serang TPS 39 Kelurahan Cipete Kecamatan Curug. Terakhir TPS yang melakukan salah input jumlah suara Pilpres ada di Jawa Barat di TPS 15 Desa Cibadak, Kecamatan Cibadak, Sukabumi. (ryo)

copy dari sinarharapan.co