Minggu, 28 April 2019

Prof Mahfud MD - Soal Kemenangan Pilpres Mendahului Penetapan KPU




update posting : 2 Mei 2019

Sabtu, 27 April 2019

Prof Mahfud MD - Doa Pemilu dan Mubahalah



Ace Hasan Syadzily Menanggapi Kecurangan Pemilu


Telah banyak korban meninggal, tapi hasilnya penuh dengan kecurangan. Semua protes rakyat dianggap angin lalu.

Bahkan, yang protes terhadap kecurangan dituding tidak hargai petugas yang meninggal. Sementara yang curang tidak dipersoalkan.

[by Nasrudin Joha]

Yang Curang itu Yang Kurang Ajar, Mengkhianati Konstitusi dan Meremehkan Nyawa Petugas


Oleh : Nasrudin Joha

"Saya kira sangat zalim rasanya kalau pengorbanan yang dilakukan KPPS, hingga nyawa pun diberikan untuk demokrasi Indonesia, kemudian ada yang mengatakan bahwa pemilu Indonesia ini penuh kecurangan dan perlu diulangi kembali," TKN Ace Hasan Syadzily, dalam konferensi pers di 'War Room' TKN, 26/4.

Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf mengaggap bahwa tuduhan pemilu curang sesungguhnya tudingan zalim. Menurut juru bicara TKN Ace Hasan Syadzily, tuduhan yang kerap dikemukakan kubu oposisi itu seolah tak menghargai ratusan petugas KPPS yang wafat karena menjadi penyelenggara pemilu.

Sebenarnya ini logika keliru, bahkan ngawur. Justru yang merendahkan nyawa petugas itu yang berbuat curang. Perilaku curang ini jelas zalim, mengkhianati suara rakyat dan jerih payah petugas yang menyelenggarakan proses pemilu.

Bahkan, pelaku curang ini merendahkan nyawa petugas yang meninggal akibat melaksanakan proses pemilu. Bagaimana mungkin mereka tega curang, padahal ini suara rakyat ? Bahkan prosesnya memakan korban rakyat ? Bukankah perilaku curang ini begitu brutal ? Zalim ?

Bagaimana mungkin umat mengambil sikap diam, setelah kecurangan itu selain merampok suara rakyat, juga mengkhianati kinerja petugas pemilu yang telah bersusah payah bahkan hingga ratusan nyawa yang meninggal dunia ?

Bukankah sebuah pengkhianatan terhadap nyawa petugas, jika pemilu dikotori dengan kecurangan lantas umat ini diam saja ? Lantas, apakah nyawa petugas pemilu ini sia-sia ? Tak ada harganya ?

Justru umat yang menyuarakan tuntutan agar tidak berbuat curang, menuntut pelaku curang diproses secara hukum, adalah tindakan untuk menghargai jerih payah petugas dan menghormati nyawa petugas.

Masak hingga petugas meninggal, pemilu tetap curang ? Perilaku curang ini sebenarnya yang merendahkan peran dan nyawa petugas yang melayang.

Lantas TKN Jokowi kenapa mempersoalkan yang mengkritik kecurangan ? Kenapa justru malah mengkritik pengkritik kecurangan ? Apa TKN setuju dengan kecurangan ? Apa TKN mendapat keuntungan dari kecurangan ? Atau TKN yang berlaku curang ? Kami berhak bertanya bukan ?

Pemilu saat ini adalah pemilu paling memilukan. Telah banyak korban meninggal, tapi hasilnya penuh dengan kecurangan. Semua protes rakyat dianggap angin lalu.

Bahkan, yang protes terhadap kecurangan dituding tidak hargai petugas yang meninggal. Sementara yang curang tidak dipersoalkan.

Sakit sekali menjadi umat di negeri mayoritas muslim ini. Selain selalu menjadi korban, juga selalu dijadikan tertuduh. Siapa yang curang, siapa yang diuntungkan, siapa yang dipersalahkan. Luar biasa fitnah dunia ini. [].

copy dari akun fb MT

Kubu Jokowi Anggap Tuduhan Pemilu Curang Tak Hargai Petugas Wafat


Jumat, 26 April 2019

Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf mengaggap bahwa tuduhan pemilu curang sesungguhnya tudingan zalim. Menurut juru bicara TKN Ace Hasan Syadzily, tuduhan yang kerap dikemukakan kubu oposisi itu seolah tak menghargai ratusan petugas KPPS yang wafat karena menjadi penyelenggara pemilu.

"Saya kira sangat zalim rasanya kalau pengorbanan yang dilakukan KPPS, hingga nyawa pun diberikan untuk demokrasi Indonesia, kemudian ada yang mengatakan bahwa pemilu Indonesia ini penuh kecurangan dan perlu diulangi kembali," kata Ace dalam konferensi pers di 'War Room' TKN, Jakarta, Jumat, 26 April 2019.

Berdasarkan data yang dimutakhirkan pada Jumat, sebanyak 230 petugas KPPS wafat karena sakit, juga kelelahan, akibat menjadi penyelenggara pemilu. Ada juga 1.671 petugas yang sakit.

Ace, yang juga politikus Partai Golkar, menilai beban kerja para petugas KPPS memang tinggi dalam Pemilu 2019 yang menggabungkan pemilu legislatif dengan pemilu presiden.

"TKN memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada para pejuang demokrasi tersebut. Dan tentu kerja keras mereka, pengorbanan mereka, tidak boleh dianggap sia-sia oleh siapa pun," ujarnya.

Ace menegaskan, tuduhan pemilu curang seolah tak menghargai para petugas KPPS yang telah banyak berkorban untuk penyelenggaraan perhelatan lima tahun itu. Perjuangan mereka terbilang berat supaya pemilu 2019 pada akhirnya terlaksana dengan lancar.

“[tuduhan] itu adalah kenyataan yang sangat tidak menghargai sekali perjuangan, jasa-jasa mereka, yang bahkan nyawa pun dikorbankan untuk demokrasi Indonesia yang kita cintai ini," katanya.

copy dari viva.co.id

Minggu, 21 April 2019

Selalu ada celah untuk membantah

"Pak, warga banyak kehilangan kambing. Pasti ada maling."

"Jangan asal tuduh. Gak mungkin ada maling. Kita 'kan punya Satpam kampung. Tiap sudut kampung. Masuk dari mana mereka? Imposebel."

"Nyatanya kambing warga banyak hilang, Pak Lurah."

"Kalian mencurigai para Satpam?"

"Bukan, Pak. Kami mencurigai ada maling."

"Masuk dari manaaa?"

"Namanya maling, Pak. Pasti selalu punya cara."

"Udah, gini aja. Kasih bukti. Bawa kemari kambing kalian yang ilang."

"Yaelah, Pak Lurah. Udah ilang ... gimana jadi bukti!"

"Berarti nggak ilang, dong. Gimana saya percaya kambing kalian ilang kalo nggak ada bukti."

"Kambing kami berkurang Pak Lurah. Itu buktinya."

"Gimana saya bisa tau laporan kalian ini betul atau salah. Jangan-jangan kambing kamu contohnya, Payman, 5 ngaku ke saya 7. Bilang ke saya 2 ilang."

"Ya Allah, Pak Lurah. Kok, jadi mbulet gini. Pak Lurah itu pimpinan di sini. Kami, warga di sini lapor karena kami semua kehilangan. Apa untungnya kami bohong? Kami takut kalo dibiarin, malingnya merajalela."

"Nyatanya, kambing saya nggak ilang."

"Ya ampun, Pak! Jadi, Pak Lurah baru percaya ada maling setelah Pak Lurah ikut kehilangan?"

"Sekarang ini musim hoax. Walaupun banyak dari kalian yang sudah banyak kehilangan, belum tentu ada maling. Lah, kalian nggak ada bukti. Kambing saya juga aman aja, kok."

Esoknya ....

"Pak Lurah, ini ada bukti. Warga pasang CCTV. Tuh, bener ada maling. Kelihatan."

"Ha ha ha. Yakin itu maling? Saya curiga ini salah satu dari kalian yang pura-pura jadi maling. Muka sengaja ditutupi. Terus bilang video ini sebagai bukti. Atau, bisa jadi kalian edit."

"Astaghfirullah, Pak Lurah. Kemarin Pak Lurah minta bukti, kan? Ini buki ril, Pak."

"Jangan gegabah. Menuduh sembarangan. Bisa jadi kambing kalian dimakan binatang buas."

"Dari dulu, kampung kita nggak ada binatang buas, Pak Luraaah."

"Nggak usah debat saya. Gini aja. Video CCTV ini saya bawa untuk diselidiki. Kalau kalian terbukti bohong, kalian yang saya laporkan ke polisi."

Selanjutnya ....

"Gimana, Pak Lurah?"

"Apanya?"

"Hasil rekaman CCTV kemarin."

"Asli."

"Terus?"

"Ya, gimana. Itu orang ketutup wajahnya."

"Apa gak perlu kita tanyai Satpam, Pak Lurah?"

"Maksud kalian apa? Satpam itu suruhan saya. Saya yang gaji mereka. Kalian curiga mereka? Itu artinya kalian curiga sama saya. Kalian akan saya tuntut."

Warga menyerah. Kapolsek, adik kandung Pak Lurah. Satpam, suruhan Pak Lurah. Pak Lurah mengklaim dia yang menggaji, padahal dari iuran warga. Akh, tapi benar ... Pak Lurah yang kasih ke mereka.

Eh, tunggu dulu ... kok, Pak Lurah terkesan membela maling, ya?

Akh, sudahlah. Warga tak ingin ribut. Entah apa yang disembunyikan Pak Lurah. Warga hanya berharap, entah kapan ... tapi mereka yakin kebusukan akan terbongkar dengan sendirinya.

Untuk saat ini, warga membiarkan kejadian ini menjadi misteri.

END

semoga anekdot yang berasal dari broadcast nyasar diatas bermanfaat untuk kebaikan bukan keburukan