Minggu, 30 Desember 2018

Mengenal Tokoh : Ni Luh Kartini

Awalnya Dibilang Aneh, Ni Luh Kartini Sukses Dirikan Yayasan BOA Karena Cacing


Pendiri Yayasan Bali Organic Association (BOA)



Sabtu, 21 Mei 2016


TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Tahun 1970, Ni Luh Kartini kecil diberikan tugas oleh orangtuanya mengembala bebek ke sawah.

Tugas itu biasanya ia lakukan sepulang sekolah.

Sebanyak 100 ekor bebek ia giring menuju sawah untuk mencari cacing sebagai pakan bebek.

Kartini lahir di Desa Bulian, Kecamatan Kututambahan, Kabupaten Buleleng tanggal 21 April 1962.

Anak sulung yang lahir dari keluarga petani ini sudah akrab dengan pertanian sedari kecil.

Ni Luh Kartini


Ketertarikan Kartini mengenai cacing berawal sejak tahun 1970.

Saat itu, pertanian moderen mulai masuk desa.

Petani di sekitar rumahnya tak lagi menggunakan pupuk organik (abu sisa pembakaran kayu) dan benih padi lokal.

Waktu itu, pemerintah memberikan subsidi, pupuk urea, pestisida dan bibit padi ke petani.

“Namun, keadaan pertanian menjadi berubah. Saya heran saat mengembalakan bebek, kok cacing di sawah mati?” tanyanya.

Selain itu, air di sekitar sawah  tercemar pestisida menyebabkan sekitar 20 ekor bebeknya mati dan Kartini kecil pingsan.

Kartini tak mengerti dengan kejadian itu, ia bertanya ke orangtua, guru, hingga ke sarjana muda masuk desa, namun tak ada yang bisa menjawab pertanyaannya.

Alumnus SMA Negeri 1 Singaraja ini akhirnya mendapat saran dari sarjana muda masuk desa.

Ia disarankan kuliah di pertanian guna mencari tahu jawaban akan kegelisahannya itu.

Ia mengikuti saran tersebut hingga benar akhirnya mendapat gelar insinyur.

“Semenjak saat itu saya mengucapkan kaul ke Tuhan, ratu betara bang je tityang gelar insinyur tityang kal ngidupang cacing (ya Tuhan berikan hamba gelar insinyur biar bisa menghidupkan cacing),” ujarnya

Akhirnya Kartini membawa rasa penasarannya ke jenjang kuliah di Fakultas Pertanian Unud.

Ia menghadapi dan melalui kendala demi kendala.

Saat itu banyak dosen yang tidak mengerti akan penelitian tentang cacing yang dilakukan Kartini.

Namun, lulusan magister dan doktor Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran ini tak patah arang.

Keinginan Kartini masih kukuh untuk mengembalikan pertanian modern ke pertanian konvensional (organik).

Caranya dengan membuat pupuk bekas cacing atau dikenal dengan pupuk kascing.

“Saat itu promotor saya tidak setuju dengan penelitian cacing karena ia tak mengerti. Tapi saya yakinkan ke beliau kalau penelitian cacing ini tak mungkin saya tinggalkan karena sudah kaul,” ungkap Kartini ibu tiga anak itu.

Tak sampai di sana, setelah Kartini lulus doktor dan kembali ke Unud menjadi dosen.

Para professor menganggapnya aneh.

“Ngapain lulus doktor kok bawa penelitian aneh tentang cacing?,” ungkap Kartini mengulang pernyataan tersebut.

Dirikan BOA


Jatuh bangun dialami Kartini di tahun 1998.

Saat itu dia mulai mengembangan pertanian organik.

Ia mendapatkan modal dari sebuah perusahaan untuk memasarkan pupuk kascingnya.

Namun, Kartini sadar saat pertanian konvensional begitu marak, di sana perjuangan besar Kartini untuk melawan arah.

“Saya sempat merugi karena tak banyak petani ingin bertani organik karena lebih mahal dan lebih sulit,” tuturnya sendu. Saat itu, peran sang ayah sangat membantunya. Ayah Kartini rela menjual sawah untuk menutupi kerugian Kartini.

Tahun demi tahun berlalu, hingga muncul wacana Indonesia Go Organic 2010.

Ini membawa angin segar bagi Kartini.

Tahun 2007, ia mulai mendirikan Yayasan Bali Organic Association (BOA).

Hingga kini, Kartini sudah membimbing ribuan petani organik yang tersebar di seluruh Bali.

Kartini mengaku akan terus mengembangkan pertanian organik sampai titik darah penghabisan.

“Kami sekarang bekerja sebagai penghubung antara petani dan pengusaha. Karena dengan ini, petani bisa lebih mudah menjual hasil panennya,” imbuh Ketua Yayasan BOA ini.

Kartini mengatakan negara telah gencar-gencarnya membahas ketahanan pangan.

Ketika membahas ketahanan pangan, maka harus berbicara kedaulatan pangan dan keamanan pangan.

“Kalau tak berdaulat gimana bisa tahan, kalau tak tahan bagaimana bisa aman? Maka yang berdaulat ya pertanian organik,” serunya yakin. (*)


copy dari : bali.tribunnews.com


Yayasan BOA

BOA diresmikan dalam bentuk Organisasi Yayasan pada tanggal 21 Juli 2005 dengan Akte Notaris No.125


BOA adalah suatu organisasi yang Non-Profit yang telah di gagas sejak tahun 1990 yang terdiri dari kumpulan orang-orang yang sangat peduli dengan alam Bali, lingkungan Bali, adat dan budaya Bali. Hal ini didorong oleh pemikiran menyelamatkan alam dan budaya Bali melalui sistem pertanian organik, karena hanya dengan sistem pertanian keanekaragaman hayati di tanah, di sungai, di laut, di danau, di gunung dan di udara, dapat di selamatkan untuk mendukung kehidupan budaya Bali.

BOA dideklarasikan tahun 2000 dan telah mendeklarasikan gerakan moral pulau Bali menuju Organik pada tahun 2003 di wantilan Pura Jati, desa Batur-Bangli, yang di hadiri oleh petani dan nelayan (KTNA) seluruh Bali, LSM yang ada di Bali, Organisasi Independen, Pemerintah Daerah, Direktorat jaminan mutu Depeartemen Pertanian RI, Lembaga Adat dan Mitra Mega mendung Bogor diperkirakan jumlah yang hadir sekitar 500 orang.

BOA mengadakan pendekatan koordinasi dengan pemuka adat dan agama, organisasi pemuda (Sekehe Teruna, Bendesa Adat, Pemangku, Pedanda) , Kerabat Puri, Lembaga Pemerintah, Lembaga Swasta maupun LSM yang memiliki misi dan visi yang sama.

Tahun 2006 BOA melaksanakan pertemuan dengan semua steakholder yang ada di Bali (masyarakat, pemangku, pedanda, elemen pemerintah, bendesa adat, vetean, LSM, warga puri dan undangan lainnya) dengan jumlah undangan 1001 orang untuk membicarakan tentang Penyelamatan Alam Bali. Hal ini sangat terkait dengan penyelamatan sumber daya alam pertanian untuk mendukung pertanian secara berkelanjutan.

Sejak didirikan BOA telah melakukan sosialisasi pentingya kita kembali kepada pertanian yang berwawasan lingkungan dan juga terkait dengan bahaya bahan-bahan sintetis, seperti pupuk buatan dan pestisida kimia terhadap kesehatan lingkungan.

Mensosialisasikan teknologi yang mmanfaatkan sumberdaya lokal seperti pembuatan pupuk organik kasing, pembuatan peestisida nabati, pemanfaatn bibit lokal.

Untuk pelestarian alam BOA juga melakukan penanaman pohon untuk koneservasi yang bekerjasama dengan pengempon pura karena letak pura di gunung.


VISI

Menjadi lembaga otonom terdepan dalam pendampingan dan advokasi produsen organik, distributor organik dan konsumen organik, penguatan sistem pemasaran hasil pertanian orgaanik pemerhati lingkungan, pengembangan sumber daya alam pertanian yang ramah lingkingan dan pengembangan pertanian dan kehutanan yang berkelanjutan.

MISI

  • Mendorong petani untuk bertani organik dengan menggunakan sumber daya lokal serta meningkatkan nilai ekonomis sumber daya alam, seperti tanah dan air dengan sistem pertanian organik terpadu
  • Melakukan aktivitas secara otonom dan terkemuka dalam memberikan produk-produk pertanian organik yang dihasilkan oleh petani kepada distributor dan konsumen
  • Mewujudkan BOA sebagai lembaga otonom terkemuka dalam memberikan  masukan kepada para penyusun kebijakan di Bali
  • Mewujudkan BOA sebagai agen pembangunan masyarakat yang mengerti tentang aspek-aspek lingkungan dan penyelamatan sumber daya alam
  • Menjalin dan mewujudkan kerjasama  sebagai mitra terpercaya  bagi pemerintah daerah, fihak swasta dan masyarakat, dalam membangun pertanian dan kehutanan berkelanjutan
  • Melakukan aktifitas secara tonom dan terkemuka dalam kapasitas peningkatan SDM yang peduli dengan lingkungan, pertanian dan kehutanan berkelanjutan
  • Menjalin akses dan kerjasama dengan fihak-fihak lain yang memiliki fisi yang sama
  • Melakukan aktifitas untuk meningkatkan kesadaran masyrakat Bali, tetang pentingnya pertanian organik untuk menyelamatkan SDAF  dan kesehatan dari semua kalangan masyarakat (siswa SD, siswa SMP, siswa SMA, Mahasiswa, PNS, ibu rumahtangga, pemuka agama seperti Pemangku, Bendesa Adat dll)
  • Melakukan aktifitas untuk menciptakan hubungan baik antara produsen, distributor dan konsumen organik di Bali.
  • Membuat jaringan pemasaran hasil pertanian oganik di Bali dengan membuat pasar kaget, pameran dll.
  • Melakukan aktifitas untuk mendorong Bali menuju Bali pulau organik.

Kontak


Bali Organic Association
Jalan Cargo Pasar II, Bali Luwih No.6, Denpasar-BALI
+62 0361 418177      (Phone/Fax)
+62 0361 8046005   (Direct)
+62 0817568729      (Mobile)

eNetwork
yayasan_boa@yahoo.com
baliorganicassociation@gmail.com
baliorganicassociation.wordpress.com
@bali_organic
fb_BOA
Mailling List


copy dari : https://baliorganicassociation.wordpress.com