Selasa, 21 Juni 2016

Benarkah Shinta Wahid diusir di acara buka puasa di gereja Semarang?

...biasanya tanpa publikasi.. kini terpaksa menjadi publikasi...
Benarkah Shinta Wahid diusir di acara buka puasa di gereja Semarang?
bbc - 20 Juni 2016

Sebuah berita yang menyebut 'istri Gus Dur diusir saat berbuka puasa di gereja' telah memicu perdebatan dan komentar-komentar kebencian di media sosial.

Namun ketika peristiwa yang terjadi tidaklah demikian, apakah perdebatan di media sosial bisa selesai begitu saja?

Semua berawal dari berita yang dimuat 16 Juni lalu dengan judul "Buka Puasa Bersama di Gereja, Istri Gus Dur Diusir FPI" di sebuah media online. Dalam tubuh berita, tidak dijelaskan bagaimana adegan pengusiran terjadi, namun dinyatakan bahwa acara buka puasa yang awalnya direncanakan berlangsung di gereja dipindah ke balai desa karena diprotes sejumlah ormas.

Berita ini kemudian membuat banyak orang mempertanyakan mengapa acara berbalut toleransi itu diprotes, namun di sisi lain hujatan-hujatan pada mantan ibu negara, Shinta Nuriyah Wahid, datang tak terbendung - membuat banyak orang marah.

"Kalaupun ndak setuju dengan kegiatan kemarin. Tolong pakai pilihan kata yang sopan, beliau Ibu Negara," kata akun @destiarnanda.

Alissa Wahid, putri pertama Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dalam kicauannya mengatakan akan mencari tahu akun-akun anonim tersebut dan mempertimbangkan adanya upaya hukum. "Untuk akun-akun anonim, kami masih mengumpulkan data bersama teman-teman cyber. Saya niatkan untuk mencari sampai ketemu, agar saya bisa tabayyun," katanya.

Sejumlah akun yang melontarkan kata-kata yang dianggap kasar kini terpantau sudah tidak lagi aktif.

Diprotes, tapi tak diusir

Namun apakah istri Gus Dur mengalami pengusiran? Kontributor BBC Indonesia di Semarang, Nonie Arni mengatakan kejadian sesungguhnya tidaklah demikian.

Tidak ada larangan bagi siapapun untuk silaturahmi ke gereja, kata Ketua Tim Advokasi FPI Jawa Tengah, Zaenal Abidin Petir. Dia mengatakan pihaknya menghormati Shinta Wahid untuk melakukan silaturahmi antar umat beragama ke tempat ibadah lain.

Namun, adanya isu pengusiran dan sweeping menjelang acara buka puasa di Paroki Kristus Raja Ungaran membuat acara terpaksa dipindah ke dua lokasi yaitu di Gereja St Yakobus Zebedeus dan Balai Kelurahan Pudak Payung.

“Saya mewakili FPI diundang Kasat Intel pada hari Kamis pukul 10.00 WIB untuk membicarakan dan mencari solusi adanya isu pengusiran dan sweeping buka puasa di gereja. Hasilnya semua sepakat acara tetap berlangsung tapi di tempat netral. Kita jaga betul, tidak ada pengusiran atau penolakan dalam acara itu," kata Zaenal Abidin.

Kesepakatan muncul setelah pertemuan bersama yang difasilitasi pihak kepolisian antara organisasi islam seperti HTI, NU, Muhammadiyah, NU Pudak Payung dan Banyumanik, Takmir Masjid dan Kesbangpolinmas Kota Semarang, lapor Nonie Arnee.





"Bisa dipahami kalau muncul polemik di kalangan akar rumput ketika di kampung orang diundang ke gereja untuk buka puasa. Yang terpenting kan silaturahminya bukan buka puasa. Sebaiknya tidak mencampuradukkan silaturahmi dan ibadah," tandasnya.

Sementara itu Romo Aloysius Budi sebagai panitia lokal menyatakan, kegiatan semacam ini merupakan kegiatan tahunan yang dilakukan Shinta Wahid. Kegiatan Shinta dengan masyarakat lintas agama dan kaum marginal diketahui yang sudah berlangsung 16 tahun terakhir.

Padahal tahun lalu, Shinta Wahid juga menggelar acara buka puasa dan sahur bersama di Gereja Santo Fransiskus Xaverius Kebondalem, Semarang dengan menggelar dialog yang dihadiri tokoh-tokoh lintas agama dan kepercayaan namun tidak ada polemik apapun, kata Aloysius Budi.

copy : http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2016/06/160620_trensosial_buka_puasa