TRIBUNNEWS.COM, - Senin, 6 Januari 2014
MEDAN - Gita Adinda Nasution,
mahasiswi Semester III Fakultas MIPA USU berhasil menemukan obat
diabetes Kolagit, berkat kegigihannya untuk mengobati penyakit yang
diderita ayah sejak dirinya duduk di kelas 6 sekolah dasar.
Kolagit,
serbuk cokelat tua, berasal dari tebu yang diolah menjadi perangsang
tubuh memproduksi hormon insulin. Satu kotak Kalogit berisi 800 gram
dibanderol Rp 150 ribu.
Dia mengklaim, selain sang ayah, Bisman
Nasution, yang menjadi pasien pertama, sudah ratusan penderita lain yang
sembuh setelah mengonsumsi Kolagit dalam beberapa hari.
''Ketika
saya kelas 6 SD, ayah telah divonis dokter mengidap diabetes. Badan ayah
yang sebelumnya gemuk, mendekati 100 kg, perlahan susut. Penglihatan
ayah kabur, bahkan untuk berjalan saja ayah mesti megang dinding. Saat
itu, gula darah ayah mencapai 450," kata Gita saat berdiskusi di Kantor Tribun Medan, Rabu (11/12/2013).
Gita
hadir bersama kakaknya, Siti Nurahmi Nasution, mahasiswi S2 Hukum USU,
mengatakan setelah sang ayah divonis mengidap diabetes, ibunya jadi
protektif soal asupan makanan suaminya. Hanya boleh mengonsumsi kentang
dan ubi direbus.
"Melihat kondisi ayah, aku bulatkan tekat, ingin
buat obat yang tidak ada larangannya. Artinya ayah dapat makan enak
sesuai selera. Setiap hari aku ke perpustakaan untuk belajar kesehatan,
umumnya belajar buku kesehatan ala Hembing. Lalu eksperimen sederhana di
rumah, tanpa bantuan orang lain."
Perempuan berkulit putih ini sempat putus asa setelah 15 kali gagal.
"Saya
melakukan 15 kali eksperimen, mulai dari pola makan ayah yang saya
atur, termasuk obat minuman jus dan terapi. Misalnya obat dari Ciplukan
mulai dari daun, buah sama akar tanaman ini, saya rebus kemudian saya
berikan untuk ayah. Tapi enggak sesuai harapan. Lalu saya mencoba lagi
dengan obat Mahkota Dewa yang dikeringkan buahnya, lalu dijadikan
serbuk, dan dikonsumsi. Setelah hampir setahun obat ini juga tidak mampu
diharapkan."
Lalu Gita memutuskan mengunakan bahan jus Mengkudu.
Karena aroma jus Mengkudu sangat tak sedap, dia memutuskan tidak
mengunakan bahan itu.
"Waktu masih kelas tiga SMP, saya sudah
pasrah dan capek. Hanya berserah diri pada Allah. Tiba-tiba saya
menemukan ide, yang sebenarnya konyol. Ibaratnya kalau gagal masuk
jurang. Saya berpikir penyakit polio dapat diobati melalui vaksin polio,
orang digigit ular dapat sembuh dari racun ular juga. Jadi tidak ada
salah mencoba membuat riset dari gula."
Gita menjelaskan pada
senyawa gula pasti ada senyawa yang dapat mengatasi sakit diabetes,
hanya saja harus menemukan bahan campuran yang dapat memperbaiki senyawa
itu. Setelah cukup lama mengutak-atik penelitian pada kelas tiga SMP,
Gita menemukan Kolagit dari gula tebu.
"Saya coba untuk diri
sendiri. Setelah beberapa kali mencoba rasanya enak seperti kopi, karena
obatnya dalam bentuk serbuk cokelat, persis seperti kopi. Saat
kenaikan ke kelas tiga SMA, obatnya baru dipublikasi dan di uji secara
preklinis dan klinis di lab Farmasi USU."
Hasil uji coba
laboratorium bagus. Enam ekor tikus pengidap penyakit gula sembuh
setelah diberikan Kolagit. Bahkan Kolagit lebih ampuh dari obat diabetes
hasil kimia, Dibin Klamit.
Anak ketiga dari pasangan Bisman
Nasution dan Lismawarti ini mengungkapkan Kolagit dikonsumsi setelah
makan. Beda dengan obat diabetes lain yang dikonsumsi sebelum makan.
Gita menjelaskan tak semua penderita diabetes yang kekurangan hormon
insulin. Ada yang memiliki hormon insulin, tapi rangsanganya kurang.
"Kerja
obatnya pada bagian darah untuk mengaktifkan hormon insulin. Awalnya
saya bingung karena tidak ada jurnal internasional yang mendukung asumsi
pribadi saya.''
Setelah ayahnya rutin mengonsumsi Kolagit selama
4,5 tahun, Bisman sembuh. Beberapa orang yang mengonsumsi Kolagit, baik
di Sumut, Jakarta, hingga Arab Saudi, juga merasakan kesembuhan. Kolagit
diklaim menetralisir/menurunkan kadar gula darah,
memperbaiki/memperjelas penglihatan, meningkatkan daya tahan tubuh,
mengencangkan kulit, melancarkan pencernaan, sebagai asupan energi.
Untuk
bisa mendapatkan Kolagit, pembeli harus memesan dahulu. Namun Gita
belum berhasil mematenkan Kolagit temuannya. Beberapa kali upayanya
gagal.
"Saya sudah sempat ke BPOM Sumut. Kata mereka harus dibawa
ke BPOM pusat. Ketika di pusat saya ke bagian lab, karena pada saat itu
saya masih SMA, kemudian disarankan ke bagian informasi. Pada bagian
informasi tersebut disampaikan apabila ingin mengurus izin harus punya
badan usaha seperti CV, PT atau kerjasama dengan perusahaan."
sumber : tribunnews.com