Rabu, 26 Desember 2012

Jimly Asshiddiqie: Jika Tersinggung, SBY Bisa Lapor Polisi

Kompas - Sabtu, 26 Mei 2012

JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi yang juga mantan anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Jimly Asshiddiqie, mengungkapkan, Susilo Bambang Yudhoyono sebagai pribadi bisa saja melapor kepada pihak yang berwajib jika merasa tersinggung nasihat-nasihat untuknya dibuka ke publik.

"Presiden sebagai institusi tidak bisa tersinggung. Sesuai putusan MK, kalau dia tersinggung, ya, itu hanya perasaan pribadi, bukan institusi. Kalau dia tersinggung lalu mau bawa ke pengadilan, bisa saja, tetapi sebagai pribadi, dan delik penghinaan adalah delik aduan. Jadi, pribadi SBY harus mengadu ke Polri, baru bisa diproses oleh polisi," ujar Jimly, Sabtu (26/5/2012).

Jimly dimintai tanggapan mengenai buku terbaru Adnan Buyung Nasution Nasihat untuk SBY yang diluncurkan Jumat (25/5/2012) sore. Buku tersebut berisi nasihat dan pertimbangan Adnan Buyung sebagai anggota Wantimpres. Seperti diketahui, UU Wantimpres melarang anggota Wantimpres membuka nasihat dan pertimbangannya kepada pihak mana pun.

Namun, atas nama pertanggungjawaban secara moral, politik, dan hukum kepada rakyat, Bang Buyung, demikian advokat senior itu biasa dipanggil, menuliskan sebagian nasihat dan pertimbangannya yang pernah ia berikan kepada SBY.

Menurut Jimly, apa pun alasannya, Adnan Buyung tak seharusnya membuka nasihat itu. Ia melanggar etika dan UU Wantimpres jika hal itu dilakukan.

Lagi pula, tambah Jimly, tanggung jawab kepada rakyat adalah tanggung jawab politik dan bukan tanggung jawab hukum. Biasanya, itu hanya dipakai sebagai jargon politik agar terlihat gagah dan heroik.

Secara hukum, tambah Jimly, Wantimpres dan para anggotanya bertanggung jawab hanya kepada presiden yang mengangkatnya. Wantimpres tidak diangkat oleh rakyat, maka secara moral dan hukum harus tanggung jawab kepada presiden.
Editor : Agnes Swetta Pandia
sumber : kompas.com

Senin, 19 November 2012

Hak Melawan

Hamas: Kami Punya Hak Melawan

Republika - Selasa, 20 November 2012

Hamas memiliki hak menyerang dan melawan serangan Zionis Israel. Pemimpin Hamas di Kairo, Khaled Meshaal mengatakan sekarang waktu bagi dunia melihat keadaan rakyat Palestina di Gaza, dan mengajak negara-negara muslim untuk memberikan dukungan.

Meshaal mengatakan perlawanan di Gaza adalah hak untuk mempertahankan dan membela diri dari kebiadaban hantu zionisme.

"Negara mana di dunia ini yang mengizin agresor,'' Meshaal mengatakan hal tersebut saat berada di forum internasional rencana gencatan senjata di Kairo, Mesir, Senin (19/11), seperti dikutip kantor berita Reuters, di hari yang sama.

Angkatan bersenjata zionis menggempur Gaza lewat udara sejak Rabu (14/11). Jet tempur bersama helikopter serbu milik zionis menyisir dan meluncurkan rudal-rudal taktis ke pemukiman di Gaza. Armada perang zionis di Laut Gaza juga turut membantu serangan tak seimbang ini.

Hamas bersama kelompok sayap bersenjatanya, Brigadir Alqassam meningkatkan intensitas perlawan ke Zionis Israel. Eskalasi perlawanan tertinggi sejak 2008 silam.

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan Liga Arab menghendaki gencatan senjata harus disegerakan.

Hamas menerima rencana internasional itu. Meshaal mengatakan tidak menjadi soal bagi faksinya menghentikan serangan.

Menurut dia gencatan senjata tanpa memenuhi hak-hak warga Palestina adalah tidak mungkin. Hamas akan memberikan kunci perdamaian jika zionis berhenti membunuh warga Palestina yang berada di Gaza.

"Mereka harus menghentikan invansi dan menghentikan blokade terhadap Gaza. Hari ini atau besok, atau tidak akan pernah ada (gencatan senjata)," dia menegaskan demikian. 

cpoy dari : ROL

Minggu, 18 November 2012

Doa -kolom hikmah ROL

Oleh: Ustaz Yusuf Mansur
 
Doa melampaui uang. Ini yang saya yakini. Dan Alhamdulillah, dengan izin-Nya, itu membuat membuat saya tidak perlu mencari yang haram untuk memenuhi segala kebutuhan dan keperluan.

Dengan doa, ikhtiar pun menjadi enteng. Sebab ikhtiar tidak lagi menjadi Tuhan. Ia hanya menjadi ibadah dan akhlak. Ikhtiar boleh tidak berhasil, namun kebutuhan dan keperluan hidup bisa tetap terpenuhi dengan doa.

Orang miskin, bila Tuhannya Allah, niscaya akan selesai kemiskinannya. Dia nggak perlu duit, sebab dia hanya perlu Allah. Mencari duit itu susah, tapi mencari Allah sangat mudah.

Duit, bisa nggak dapt. Tapi Allah, selalu sedia setiap saat. Doa adalah salah satu gerbang berjumpa dengan Allah, karena itu memohon dan meminta kepada Allah merupakan upaya untuk mendapatkan pertolongan dari-Nya.

Doa doang? Siapa yang bilang doa doang? Ya harus tetap ikhtiarlah. Tapi sebagaimana uang, ikhtiar juga bukan Tuhan. Tuhan itu hanya Allah.

Seorang ayah yang pekerjaannya buruh pabrik, sangat bingung kala menghadapi hari-hari persalinan istrinya. Lalu ikhtiarnya apa? Pengetahuan, tenaga, waktu, yang semuanya itu sangat terbatas. Ikhtiar baginya adalah bekerja dan pekerjaannya itu.

Sebagian manusia lain yang “pinter”, suka minta sana-sini sebagai ikhtiar. Bukan, itu bukan ikhtiar, tapi sifat lemah dan malas. Lemah akal, lemah iman, dan juga lemah tauhid.

Ayah ini, ketika memperbanyak doa bersama istrinya, nggak bisa hal itu dibilang nggak ikhtiar. Sebab ia bekerja, menjadi buruh pabrik. Pada saat melahirkan, keajaiban Allah datang menghampiri. Allah memudahkan persalinan istrinya.

Setelah siang-malam berdoa, Allah membuat persalinan istrinya lancar tanpa harus ke rumah sakit, cukup bidan kampung. Bidan kampung yang sedang melayani 1-2 ibu yang juga mau melahirkan di tempatnya, tak keberatan dengan kehadiran istri buruh pabrik ini.

Bahkan, salah seorang penjenguk dari salah seorang ibu yang melahirkan, membebaskan semua pembayaran ibu-ibu yang melahirkan di sana. Subhanallah. Inilah kuasa Allah yang jauh melampaui kemampuan uang. Dan Kuasa Allah ini bisa diundang dengan doa.

Orang miskin akan bertambah lapar dan kesusahannya, bilamana tuhannya bukan Allah. Bahkan, mereka tak bisa belanja tanpa ada uang. Mereka nggak akan bisa beli motor kalau nggak ada uang. Apalagi beli mobil atau membangun rumah, semuanya tak bisa dilakukan tanpa ada uang. Termasuk biaya untuk beli obat dan buat anak sekolah.

Jangankan orang miskin, kita pun yang hidup biasa saja, yakni tidak terlalu miskin dan juga tidak terlalu kaya, sesungguhnya juga akan mengalami kesusahan serupa bilamana tuhannya bukan Allah. Yakni tuhannya adalah duit, ikhtiar, jalan, orang lain, sahabat-sahabat, kantor, majikan, jaringan (relasi) atau lainnya. Pasti akan susah.

Cobalah dengan doa. Kita percaya bahwa segala masalah dan keinginan (hajat) akan selalu ada. Karena itu, pasrahkanlah segalanya kepada Allah, dan Allah pasti selalu ada. Berdoalah kepada-Nya, sesering mungkin, sebanyak mungkin, dengan doa yang sungguh-sungguh. Feel the experience of believe. Niscaya, saudara akan takjub dengan cara kerja Allah yang ajaib.

Minggu, 24 Juni 2012

Survei: Anak dan Remaja Sekarang Makin Malas


Republika.co.id - Senin, 18 Juni 2012
REPUBLIKA.CO.ID, Anak-anak sekarang makin malas? Ternyata, ini bukan isapan jempol belaka. Dari hasil survei terungkap, hampir seperempat dari anak-anak berusia 5-16 tahun enggan membantu menyelesaikan urusan rumah.

Hasil riset itu juga membuktikan, ketika orangtua menghabiskan sekitar empat jam dalam sepekan untuk menyelesaikan pekerjaan di rumah, sumbangan anak-anak untuk rumah justru tak mencapai separuhnya.

Itu pun, menurut survei yang dilakukan sebuah perusahaan produsen pembersih, tiga dari lima anak harus diiming-imingi barang atau uang untuk membantu pekerjaan di rumah. ''Para orangtua sekarang ini kerap mengatakan,'Anak-anak sekarang mendapatkan segalanya dengan mudah' dan tampaknya itulah yang terjadi,'' ujar Lindsey Taylor dari Vileda, pihak produsen.

Parahnya lagi, tak hanya waktu untuk rumah yang minim dibandingkan sekitar tiga atau empat tahun lalu, sekarang ini banyak anak muda yang tak melakukan apa pun untuk membantu orangtua mereka yang sibuk.

Bahkan, untuk pekerjaan rumah yang mudah seperti merapikan tempat tidur setelah bangun atau membereskan mainan setelah digunakan juga enggan mereka lakukan.

Maka, satu-satunya cara untuk mengubah kebiasaan buruk itu adalah dengan belajar memberikan tanggung jawab pada anak. ''Membantu membersihkan rumah adalah cara terbaik untuk mengajarkan pada anak soal tanggung jawab,'' ujar Taylor.
Redaktur: Endah Hapsari
Sumber: dailymail

sumber : republika.co.id

Belajar dari Pendidikan Moral di Jepang

Republika Online - Kamis, 21 Juni 2012

Sebenarnya apa sih landasan pendidikan moral di Jepang?” Pertanyaan itu terlontar begitu saja saat zemi1) setahun yang lalu.

Hening sejenak. Tampaknya saya melontarkan pertanyaan yang cukup sulit untuk orang Jepang. 


Akhirnya senior saya menanggapi. Landasan moral di sekolah-sekolah jepang diambil dari intisari berbagai macam agama dan etika yang ada di dunia ini.

Saya sempat dua kali melakukan observasi pelajaran moral di dua sekolah yang berbeda. Di Jepang, selain khusus ada jam pelajaran tentang moral (doutoku), pesan-pesan moral juga terintegrasi dalam seluruh mata pelajaran di Jepang.


Dua tema yang sempat saya saksikan di kelas satu sekolah jepang adalah, pelajaran tentang berbohong, dan giliran piket bersih-bersih di kelas. Dalam dua sesi yang berbeda itu, pendekatan yang dilakukan oleh guru jepang relatif mirip. Tidak dengan mendoktrin tentang pentingnya untuk berlaku jujur atau menjalani tugas piket. Namun, dengan mengajak anak-anak berdiskusi tentang akibat-akibat berbohong atau ketika mereka tidak menjalani tugas piket.


Diskusi interaktif itu menggiring anak-anak untuk berpikir tentang pentingnya melaksanakan nilai-nilai moral yang akan diajarkan (proses kognitif-sikou ryoku). Tidak ada proses menghafal, juga tidak ada tes tertulis untuk pelajaran moral ini. 


Untuk mengecek pemahaman anak-anak tentang pelajaran moral yang diajarkan, mereka diminta untuk membuat karangan, atau menuliskan apa yang mereka pikirkan tentang tema moral tertentu (proses menilai-handan ryoku). Kadang mereka juga diputarkan film yang memiliki muatan moral yang akan diajarkan, dan diajak untuk berdiskusi isi dari film itu.


Malam itu di kuliah integrated learning, kami belajar pemikiran John Dewey tentang moral. John Dewey merupakan salah satu tokoh yang membawa pengaruh besar di bidang pendidikan di Amerika serta negara-negara Eropa. Dewey juga merupakan tokoh kunci yang menelorkan gagasan tentang pentingnya dibuat hubungan yang erat, antara pelajaran yang diajarkan di sekolah dengan kehidupan di masyarakat.


Konsep-konsep pemikiran Dewey banyak dipakai di "seikatsu-ka (living environmental study)" dan "sougou gakusyuu (integrated learning)" di Jepang. Dua hal yang menjadi inti pendidikan ala Dewey adalah pendidikan yang berfokus pada minat anak-anak dan pentingnya belajar melalui pengalaman langsung.


Dalam kuliah itu, yang menjadi ajang diskusi para mahasiswa, bukannya konsep moral menurut Dewey, namun lebih kepada kebingungan para mahasiswa jepang tentang definisi moral. Di Jepang sendiri, meskipun ada pelajaran moral (doutoku) dan ada kurikulumnya secara spesifik apa yang harus diajarkan, namun apa definisi moral, baik-buruk, benar-salah, sama sekali tidak ada batasannya. Penekanannya lebih kepada nilai-nilai yang dianggap baik secara universal, seperti nilai-nilai kejujuran, kerja keras, menghormati hak orang lain, disiplin, rasa malu ketika tidak memenuhi kewajiban, dan sebagainya.


Hubungan antara moral dengan agama juga sempat dibahas, tapi untuk hal ini menimbulkan pro dan kontra. Guru-guru di Jepang memang sangat berhati-hati dalam hal ini. Karena urusan agama adalah urusan individu, jadi tidak berhak diajarkan oleh guru-guru di sekolah. Di Jepang sendiri, dengan kualitas guru-guru yang sangat baik, pendidikan moral yang didukung dengan sistem pendidikan, serta undang-undang yang fokus pada pembentukan karakter di sekolah dasar dan menengah, bisa sukses menanamkan nilai-nilai yang diajarkan tadi.


Namun, saya merasakan kerapuhan fondasi yang mendasari pelaksanaan moral di Jepang. Dengan melihat kebingungan anak-anak muda Jepang ketika membahas tentang moral, saya menjadi sadar. Meskipun sejak kecil mereka dibiasakan untuk melakukan disiplin, kerja keras, dan kebaikan-kebaikan yang lainnya, namun untuk apa mereka melakukan itu? Sejauh mana suatu perbuatan dikategorikan baik? Serta tujuan-tujuan yang lebih dalam ketika melakukan suatu kebaikan, masih menjadi tanda tanya besar dalam kepala mereka.


Kalau dalam Islam, maka pertanyaan-pertanyaan itu sangat mudah untuk dijawab. Tinggal mempelajari Alquran saja, kita bisa tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Ada konsekuensi yang jelas ketika kita melakukan kebaikan ataupun keburukan.


Dalam masyarakat liberal, nilai-nilai kebaikan dan keburukan akan sangat mudah sekali bergeser. Tergantung pihak mana yang kuat, dan siapa yang bisa membangun opini di masyarakat.


Karena itu, nilai-nilai yang dulu dianggap buruk, seperti seks bebas, bisa saja bergeser karena pengaruh media yang mencitrakan keindahan dalam pergaulan bebas. Padahal, akibat seks bebas yang berujung pada kerusakan nasab anak, penyakit-penyakit kelamin, dan kerusakan sistem sosial di masyarakat tidaklah hilang hanya dengan penggambaran yang indah itu saja.


Saya sendiri tidak menilai bahwa pendidikan moral di Indonesia lebih baik dari Jepang. Indonesia memiliki konsep tentang moral yang kaya. Setiap pemeluk agama bebas untuk mengajarkan konsep moral kepada pemeluknya. Namun, kekurangannya ada dalam teknik mengajarkan moral kepada anak-anak. Bagaimana agar pendidikan moral tidak hanya masuk ke tataran kognitif saja, tapi sampai menjadi kebiasaan, dan akhirnya menjadi karakter yang melekat kuat dalam diri anak. PR besar dalam sistem pendidikan di negeri tercinta ini.



Hifizah Nur
Mahasiswa program master di Aichi University of Education

1) Zemi : sebutan untuk seminar, kegiatan berkumpul bersama teman-teman satu lab, untuk melaporkan kemajuan penelitian masing-masing.


sumber : republika.co.id

Sabtu, 02 Juni 2012

Dorong Pancasila Jadi Ideologi Dunia


jpnn - Sabtu, 02 Juni 2012

JAKARTA–Rektor Univesitas Indonesia (UI), Gumilar Rusliwa Soemantri menerangkan ideologi Pancasila yang dimiliki rakyat Indonesia sesungguhnya merupakan nilai-nilai universal. Memuat berbagai keluhuran nilai kehidupan yang diterima oleh masyarakat di dunia.

Tentunya, tegas Gumilar kekuatan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila itulah yang menempatkan ideologi ini sangat penting. Bukan hanya untuk pemersatu rakyat Indonesia, tetapi juga menjadi alat pemersatu bagi bangsa-bangsa di dunia. ”Sudah terlalu lama dunia dibayangi oleh dua ideologi besar. Liberalisme dan Sosialis. Kini saatnya Pancasila menjadi jawaban atas kejenuhan ideologi masyarakat dunia,” papar Gumilar Rusliwa Soemantri di kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jakarta, Jum’at (1/6).

Menurutnya lahirnya Pancasila memang untuk rakyat Indonesia. Pancasila sebagai ideologi yang diwariskan oleh pendiri bangsa untuk mesin penggerak bangsa. Meskipun nilai-nilai yang terkandung bermakna bagi masyarakat dunia.

Gumilar menegaskan segala polemik dan persoalan yang ada di Indonesia dapat terselesaikan melalui ruang-ruang nilai yang terkandung dalam Pancasila. Karena memang ideology berasaskan lima sila itu menjadi solusi keragaman bangsa Indonesia. “Pancasila adalah Indonesian Ways. Merupakan berkah bagi seluruh rakyat Indonesia. Sangat disayangkan jika tak dipahami,” tegasnya.

Dia mengakui dalam implementasinya terkadang Pancasila mengalami hambatan. Itu lebih disebabkan penafsiran terhadap nilai-nilai Pancasila yang belum tertanam. Apalagi Pancasila merupakan kumpulan nilai kehidupan, butuh proses menjadikan perilaku,

Gumilar berharap waktu yang berjalan telah membuat seluruh elemen bangsa Indoensia dpat bergerak cepat mengikuti nilai Pancasila. Tidak lagi memberikan tafsiran-tafsiran yang individual. “Pancasila ideologi yang tak bisa dibantah lagi. Masyarakat dunia pun mengakui itu,” jelasnya.

Sementara itu Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj menambahkan pluralisme di indonesia sudah menjadi fakta kehidupan bangsa. Tidak boleh dikesampingkan dan diabaikan.

Pluralisme itu, lanjut dia hanya bisa terjawab dan terlewati segala persoalannya dengan melaksankaan ideology Pancasila. NIlai yang ada dalam ideology tersebut secara substansial harus diamalkan. ”Jangan hanya seremoni saja. Bukan hanya hafalkan sila-silanya. Kita perlu menjiwai dalam kehidupan berbangsa dan.brnegara,” ungkapnya.

Dia tak memungkiri pelaksanaan Pancasila  masih dalam proses. Masyarakat secara umum belum dewasa melihat ideology itu. Karakter buliding masih belum tuntas. Buktinya ada pembangunan gereja yg ditolak oleh orang Islam. Begitu pula sebaliknya. (rko)

sumber : jpnn.com

Rabu, 04 Januari 2012

Sukiyat, Tokoh di Balik Kiat Esemka, Mobil Dinas Wali Kota Solo



Sukiyat, Gagal Masuk SMK karena Cacat Kaki

TIDAK sulit menemukan lokasi pusat pembuatan mobil Kiat Esemka. Yakni, di pinggir Jalan Raya Solo-Jogja Km 4, Ngaran, Klaten, Jawa Tengah. Papan nama bengkel tersebut terpampang jelas dan berukuran cukup besar.

Pengguna jalan yang melaju dari arah Solo hampir pasti bisa melihat jelas papan itu. Aktivitas di bengkel tersebut tidak jauh berbeda dari bengkel pada umumnya. Suara bising mobil terdengar keras, bahkan sesekali memekakkan telinga. Ramainya aktivitas menandakan bahwa bengkel punya banyak pelanggan.

Sebuah mobil hitam diparkir di depan ruangan berukuan sekitar 6 x 9 meter. Beberapa mekanik muda sedang menyempurnakan mobil tersebut. Ada yang sedang memoles, ada pula yang memperbaiki bagian mesin dan pintu mobil.

"Ini salah satu mobil Kiat Esemka yang sedang dirakit. Tinggal proses akhir. Yang merangkai sejak awal sampai hampir jadi seperti sekarang adalah siswa SMK yang PKL (praktik kerja lapangan) di tempat saya," ujar Sukiyat, pemilik bengkel sekaligus pelopor pembuatan mobil Kiat Esemka.

Nama Kiat Esemka merupakan gabungan nama Sukiyat (biasa dipanggil Kiat) dan SMK yang ditulis dengan Esemka. Sukiyat adalah pemilik ide, sedangkan siswa SMK menjadi perakitnya.

Langkah Sukiyat memelopori kelahiran Kiat Esemka berawal dari keprihatinannya terhadap salah satu SMK negeri di Klaten yang kurang diminati masyarakat. Sebab, SMK tersebut selama ini hanya mengandalkan jurusan pertanian.

Setelah terpilih menjadi wakil ketua komite sekolah, Kiyat "panggilan Sukiyat" memulai membuat gebrakan. Pada 2009, dia mempersiapkan rencana merakit mobil. Awalnya, dia memanfaatkan mesin mobil Toyota Corn sebagai objek praktik siswa SMK yang magang. Ternyata, dari mesin tersebut, selama dua bulan, siswa mampu merangkai mesin sampai hampir jadi.

Proses selanjutnya adalah membuat bodi mobil. Menurut pria kelahiran Klaten, 22 April 1957, tersebut, proses inilah yang paling sulit. Dia sampai lupa berapa kali percobaan dilakukan siswa PKL untuk membuat bodi.

"Sebab, untuk membentuk bodi dan lantai mobil, dibutuhkan ketelitian. Salah sedikit saja ukurannya, berpengaruh pada rangkaian yang akan digabungkan. Sangat banyak percobaan yang dilakukan. Saya sampai lupa," ungkapnya.

Dia masih ingat, setelah mobil selesai dibuat, ada kunjungan dari Kementerian Pendidikan Nasional (sekarang Kemendikbud). Yang datang saat itu adalah Direktur Pembinaan SMK Joko Sutrisno.

Mengetahui potensi tersebut, Joko meminta Kiyat membina siswa SMK agar merangkai mobil sendiri tanpa menggunakan mesin pabrik. Kiyat langsung menyanggupi permintaan Joko. Dia kemudian mengumpulkan siswa yang PKL di bengkelnya.

Ternyata, para siswa juga tertantang untuk bisa merangkai mobil sendiri. Saat merangkai Kiat Esemka kali pertama, memang butuh waktu cukup lama, sekitar 2,5 bulan.

Lamanya waktu pengerjaan itu disebabkan masih banyaknya komponen yang harus diburu ke toko otomotif atau dibuat sendiri. Mulai onderdil mesin, persneling, sampai pembuatan lantai mobil. Untuk semua itu, Kiyat hanya bertugas membimbing dan mengawasi. Pengerjaan teknis merangkai mobil ditangani seluruhnya oleh siswa SMK yang PKL dan diawasi guru pembimbing.

Saat ini, sudah ada 10 unit mobil yang diproduksi Kiyat bersama puluhan siswa SMK yang praktik di bengkelnya. Dua unit lagi sedang dalam proses dan hampir jadi. Sepuluh mobil yang sudah selesai tersebut merupakan pesanan SMK yang siswanya ikut PKL di bengkelnya.

"Mobil yang dipesan SMK digunakan untuk praktik agar siswa lebih mahir. Dengan demikian, saat lulus SMK nanti, mereka benar-benar siap kerja, tidak bingung mau bekerja apa," ungkap bapak dua anak tersebut.

Bukan hanya SMK yang berminat terhadap mobil-mobil tersebut. Wali Kota Solo Joko Widodo sudah mengambil dua unit untuk kendaraan dinas dirinya dan wakil wali kota. Saat ini, Bupati Klaten Sunarna juga memesan dua unit.

Kiyat menegaskan, merek mobil Kiat Esemka tersebut sudah dipatenkan. Namun, karena masih terkendala izin dan administrasi, mobil itu belum bisa diproduksi secara masal. Sebab, untuk memproduksi mobil, diperlukan persyaratan yang cukup rumit. Dia berharap pemerintah membantu menyelesaikan persoalan tersebut.

Meski demikian, tidak berarti dia berhenti memproduksi Kiat Esemka. Dia akan terus-menerus membuat mobil karena saat ini banyak sekolah yang memesan. Kiyat mengklaim, banyak koleganya yang sudah memesan. Total mencapai ribuan.

Namun, karena masih terkendala izin, dia belum berani menyanggupi. "Sekarang saya masih berfokus untuk menularkan ilmu kepada siswa SMK yang mau belajar di bengkel saya. Saat ini, ada lebih dari 15 sekolah yang mengirim siswanya untuk PKL. Jumlahnya seangkatan mencapai puluhan orang," tambahnya.

Sebelum siswa memulai merangkai mobil, Kiyat memberikan tugas khusus kepada mereka untuk membuat miniatur mobil. Masing-masing kelompok terdiri atas dua orang. Dalam waktu satu sampai dua pekan, siswa harus bisa menyelesaikan miniatur mobil tersebut. Tujuannya, siswa bisa mempelajari dengan detail cara merangkai mobil yang sesungguhnya.

Terkait dengan kualitas, Kiyat mengklaim berani bersaing dengan mobil keluaran pabrik. Bahkan, pernah dilakukan test drive mobil tersebut dengan jarak Jakarta"Surabaya. Bahan bakarnya premium dengan perbandingan 1 liter : 12 kilometer, sedangkan isi silinder 1.500 cc.

Untuk harga, Kiat Esemka jauh lebih terjangkau jika dibanding mobil keluaran pabrik. Satu unit Kiat Esemka hanya dibanderol Rp 95 juta.

Ketertarikan Kiyat di bidang otomotif terlihat sejak dirinya berusia belasan tahun. Saat menginjak remaja, dia mencoba masuk SMK. Namun, karena kaki kirinya cacat (difabel), dia tidak bisa masuk ke sekolah tersebut.

Kiyat tidak putus asa. Dia kemudian masuk ke Lembaga Penelitian Pengembangan Penyandang Cacat Prof Dr Soeharso. Dia belajar di lembaga tersebut selama setahun. Yang dipilih bukan jurusan otomotif, tapi menjahit. Hal tersebut didasarkan pada latar belakang orang tuanya yang memiliki usaha tenun.

"Kemampuan dasar di bidang otomotif saya lebih karena belajar otodidak. Jadi, saya sejak kecil memang senang mengutak-atik motor. Saya dulu membuka bengkel Vespa, kemudian lanjut ke Hardtop," ungkap suami Halimah Partini tersebut.

Setelah usahanya cukup berkembang, perusahaan cat dari Jerman (Pacific Paint) dan Jepang (Nippon Paint) tertarik. Pada 1982, Kiyat dikirim ke Jepang oleh perusahaan cat tersebut selama tiga bulan. Selama di Jepang, kemampuan Kiyat tentang otomotif semakin terasah. Dia mendapat tambahan ilmu tentang teknik body repair.

Setahun kemudian, giliran perusahaan cat dari Jerman mengirim Kiyat untuk belajar di negara tersebut. Waktunya hampir sama, tiga bulan. Di Jerman, dia kembali mendalami body repair. Pengalaman tersebut kemudian semakin meyakinkan Kiyat bahwa bengkel yang dia dirikan bisa lebih berkembang.

Pria yang kaki kirinya cacat sejak berumur enam tahun karena polio itu merupakan sosok yang tegas dalam hal pekerjaan. Bahkan, dia jeli membaca peluang bisnis. Itulah yang juga membuat dirinya berani menggagas pembuatan Kiat Esemka. (*/c5/nw/ca)

reportase oleh : BOY ROHMANTO, Klaten - JPNN.com Rabu, 4 Januari 2012