Eselon 3 : Mas, sepertinya komputer kamu banyak virusnya
ya?
Yulius : Hah? Mosok sih, bu?
Eselon 3 : Iya, mas.
Masak waktu saya pake di komputer kamu ke-detect banyak banget virusnya. Parah
juga ya komputer kamu...
Yulius (gak mau terima) : Lo kok bisa, bu?
Prasaan saya sering banget update antivirusnya? Emang Ibu make komputer saya
caranya gimana ya bu?
Eselon 3 : Ya gitu deh, saya kan bawa
flashdisk saya buat ngeprint di ruangan kamu, trus saya coba saya pake
komputermu. Tapi kok ya selalu muncul peringatan bahwa telah terdeteksi virus.
Banyak lagi, mas. Padahal saya pake di komputer saya gak ada masalah kok, malah
gak pernah saya update antivirusnya. Tandanya canggihan antivirus saya,
kan?
Yulius : ???
Contoh di atas merupakan salah satu kesesatan berfikir yang banyak sekali dialami oleh kita, sadar atau tanpa sadar.
Kesesatan berfikir bisa diartikan sebagai kesalahan yang terjadi dalam aktivitas berfikir dikarenakan penyalahgunaan bahasa dan/ atau penyalahan relevansi. Sebenarnya ada banyak macam jenis kesesatan berfikir, namun intinya ada dua jenis klasifikasi kesesatan berfikir, yaitu kesesatan bahasa dan kesesatan relevansi. Namun intinya kesesatan berfikir terjadi karena adanya ketidaktepatan dalam menentukan alur logika, baik melalui bahasa maupun kondisi-kondisi tertentu.
Kesesatan Bahasa
Kesesatan bahasa bisa diartikan sebagai suatu kesalahan berfikir akibat penggunaan bahasa yang tidak pada tempatnya sehingga menimbulkan penafsiran yang menyimpang, bahkan menyesatkan. Ada empat jenis kesesatan bahasa yaitu:
Kesesatan Aksentuasi
Dari istilahnya saja bisa diketahui bahwa kesesatan ini didasarkan pada masalah aksen atau cara penyebutan. Bisa dipenekanannya, artikulasi yang kurang tepat, dan banyak lagi. Ada dua jenis kesesatan aksentuasi, yaitu kesesatan aksentuasi verbal dan non verbal. Kalau yang verbal lebih terkait dengan masalah verbal, seperti istilah mental. Mental memiliki makna ganda, tergantung penyebutannya. Bisa jadi mental terkait dengan kejiwaan atau terpelanting. Sedangkan non verbal lebih berhubungan dengan komposisi kata-kata yang menyesatkan yang berkaitan dengan penekanan tertentu. Biasanya bahasa iklan adalah yang paling sering melakukan kesesatan macam itu, seperti iklan Rp. 0,1 Bebas.
Kesesatan Ekuivokasi
Kesesatan jenis ini disebabkan karena satu kata mempunyai lebih dari satu arti. Bila dalam suatu penalaran terjadi pergantian arti dari sebuah kata yang sama, maka terjadilah kesesatan penalaran. Misalnya kata 'bisa' yang bermakna ganda, yaitu racun dan kesanggupan. Seperti halnya kesesatan aksentuasi, kesesatan ekuivokasi terdiri dari dua, yaitu verbal (seperti bisa tadi) dan non verbal. Untuk non verbal, lebih terkait dengan masalah konstruksi sosial, seperti mengangguk kepala tidak semua berarti iya. Di daerah tertentu mengangguk bisa dimaknai tidak.
Kesesatan Amfiboli
Kesesatan Amfiboli (atau gramatikal) adalah kesesatan yang dikarenakan konstruksi kalimat sedemikian rupa sehingga artinya menjadi bercabang. Contohnya gini, 'Budi menembak babi mati'. Ini bisa dimaknai 'Budi menembak babi, lalu mati' atau 'Budi menembak babi yang mati'.
Kesesatan Metaforis
Bisa dikatakan sebagai kesesatan yang terjadi karena pencampuradukkan arti kiasan dan arti sebenarnya. Ini ada contoh yang lumayan lucu untuk menjelaskan tentang kesesatan metaforis:
Pembicara 1: Binatang apa yang haram?
Pembicara 2: Babi
P 1: Binatang apa yang lebih haram dari binatang yang haram?
P 2: ?
P 1: Babi hamil! Karena mengandung babi. Nah, sekarang binatang apa yang paling haram? Lebih haram daripada babi hamil?
P 2: ?
P 1: Babi hamil di luar nikah! Karena anak babinya anak haram..
ambil dari : wikimu.org