Kamis, 04 Juni 2009

Nilai Moral Tiongkok Kuno: Orangtua Mendidik Anak yang Jujur


Ibunda Tian Ji Menolak Menerima Sogokan Emas

Dalam periode Warring (453 – 221 SM), Tian Ji adalah perdana menteri daerah Qi. Dia terkenal atas kerja keras dan ketekunannya. Suatu hari, bawahannya Tian memberikan hadiah sebesar 100 tael* emas. Tian menolak uang itu berkali-kali. Namun akhirnya dia menerimanya karena terus dibujuk bahwa uang itu adalah tanda terima kasih. Dia membawa pulang uang itu dan memberikannya kepada ibunya. Bukannya senang melihat uang sebanyak itu, ibunya malahan memarahinya, “Emas ini lebih besar daripada gajimu selama tiga tahun sebagai perdana menteri! Apakah kamu merampas uang ini dari rakyat atau kamu menerima suap?”

Tian Ji menundukkan kepalanya dan menceritakan apa yang telah terjadi. Ibunya mengatakan kalimat ini dengan sungguh-sungguh kepadanya, “Sebagai seorang terpelajar, seseorang harus waspada menjaga sikapnya, menjaga kebersihan namanya, dan tidak pernah menerima apapun yang bukan miliknya atau hasil kerja kerasnya. Seseorang terpelajar tidak boleh lari dari kesalahan, juga tidak boleh menipu atau mengambil keuntungan pribadi dan menyengsarakan orang lain. Seorang terpelajar harus menolak suap dan korupsi. Kamu mempunyai tanggung jawab besar di daerahmu, jadi kamu harus menjadi contoh yang baik bagi rakyat. Namun kamu sekarang menerima suap dari bawahanmu. Dengan menerima emas ini, kamu jadi berhutang budi kepadanya, sewaktu-waktu dia minta kamu sesuatu, kamu akan merasa tidak enak bila tidak memenuhinya, tidakkah kamu sadar akan hal itu? Kamu benar-benar melukai hati ibu! CEPAT KEMBALIKAN emas ini segera dan hukum orang yang mencoba memberimu suap!”

Tian Ji merasa sangat malu akan kelakuannya setelah ditegur ibunya. Dia segera mengembalikan emas itu sebelum tergoda untuk memakainya. Kemudian dia pergi ke raja dan mengakui kesalahannya telah menerima suap, dan melaporkan juga bawahannya yang mencoba menyogoknya itu. Tian menceritakan pada raja, apa perkataan ibunya dan memohon ampun atas tindakannya, dan mengundurkan diri dari jabatannya akan kelakuannya tersebut. Raja memuji ibunda Tian akan nilai moralnya yang tinggi. Dia mengatakan kepada seluruh pejabat negeri, “Ibu yang bermoral saleh mendidik anak yang lurus! Sekarang seetlah saya tahu bahwa Anda memiliki seorang ibu yang begitu jujur, saya tidak lagi khawatir tentang korupsi di daerahmu. Saya mengampuni perbuatanmu dan masih menginginkan kamu bertugas disana.”

Kemudian raja mengeluarkan undang-undang agar seluruh negara belajar dari moralitas ibu Tian Ji. Penekanannya dalam mendidik anak dengan moral yang tinggi sungguh membekas di hati raja. Sejak saat itu, Tian Ji selalu menjaga sikap dan perbuatannya menjadi pejabat yang bersih dan selalu mementingkan kepentingan rakyat diatas kepentingan pribadi.

Ibunda Cui Xuanhu Mengajarkan Anaknya untuk Menjadi Setia dan Tidak Melakukan Korupsi

Cui Xuanhu adalah pejabat teras di Dinasti Tang (628-907 A.D.) Ibunya sering berkata kepadanya, “Saya sering mendengar bahwa saat seseorang menjadi pejabat negara, ia adalah pejabat yang baik apabila ia memiliki kehidupan sederhana dan hemat, sebaliknya ia adalah pejabat yang buruk bila ia hidup mewah bahkan cenderung boros. Setelah bergaul di lingkungan keluarga pejabat, saya perhatikan banyak dari mereka memberikan banyak uang kepada orang tua mereka bahkan membangunkan rumah, namun orang tua mereka tak pernah menyelidiki darimana uang sebanyak itu mereka peroleh. Saya tahu banyak dari mereka yang menerima uang yang bukan hasil kerjanya, meskipun mereka tidak mengakuinya, saya tidak ingin anak saya menjadi seperti mereka. Kamu hanya boleh menerima uang gajimu saja, tidak boleh menerima suap dalam bentuk apapun! Bila kamu tidak setia, lurus dan jujur, apakah setelah mati kamu bisa masuk surga?

Cui Xuanhui mengingat perkataan ibundanya. Dia senantiasa menjadi pejabat yang setia pada negara dan jujur, mengutamakan kepentingan rakyat. Dalam sejarah tercatat bahwa ia sama sekali tidak pernah melakukan korupsi atau menerima suap.

Adalah nilai tradisional Tiongkok kuno untuk menjadi seorang yang jujur, lurus dan tidak korupsi terutama bila menjabat sebagai pegawai negeri untuk melayani masyarakat. Orang tua menjadi contoh terbaik bagi anaknya untuk menjaga sikap, bicara dan perbuatan mereka sehari-hari, menanamkan nilai moral yang tinggi bagi anak-anaknya sebagai bekal terutama mereka hidup di tengah masyarakat.

Tidak hanya membesarkan anak, juga mendidik anak dan mengawasinya dengan tanggung jawab, para orang tua di zaman Tiongkok kuno berpengaruh besar meghasilkan pribadi-pribadi yang jujur, lurus dan bersih, terhormat dan terpuji di tengah masyarakat, tidak tergoda pada uang dan kedudukan. (Erabaru/ch)

*1 tael = 40gr (satuan pengukur berat di zaman Tiongkok kuno).

sumber : erabaru dot co dot id - tanggal Kamis, 04 Juni 2009