Masalah ekonomi akan semakin sulit, terutama ekonomi rakyat dan lapangan kerja. Selain soal integritas, kompetensi, leadership,, harus ada keberpihakan pada rakyat dan kepentingan nasional. Baru ada harapan perbaikan dan kemakmuran 🙏 https://t.co/FO7MObtEzE— Dr. Rizal Ramli (@RamliRizal) October 17, 2019
Sebelumnya, RR sudah mengingatkan :
Jika sistem politiknya neo-otoriter tapi kebijakan ekonominya neo-liberal (a contradiction), hasilnya oligarki akan semakin kuat, oligopoly semakin mencengkram, dan kemiskinan struktural akan makin parah.— Dr. Rizal Ramli (@RamliRizal) June 25, 2019
Model Tiongkok : Otoriter dan Planned Market Ekonomi, bukan neo-liberal.
Menanggapi kesediaan RR mejadi menteri, menanggapi :
Untuk siapa pengambil kebijakan bekerja? itu yg penting. Untuk kepentingan asing dan oligarki, atau untuk rakyat dan bangsa — itu yg penting ! https://t.co/jE42tOVe5J— Dr. Rizal Ramli (@RamliRizal) October 17, 2019
Biar Ekonomi Nggak Gini-Gini Aja, Jokowi Harus Gandeng Rizal Ramli
17 Oktober 2019
Masalah ekonomi bakal menjadi fokus utama Presiden Joko Widodo dalam mengarungi periode kedua pemerintahan. Sebab, ekonomi Indonesia selama di tangannya tidak menunjukkan pertumbuhan yang berarti.
Pengamat politik, Ray Rangkuti menilai tenaga Jokowi akan terkuras untuk memikirkan bagaimana ekonomi bisa menjadi lebih baik dan bisa melanjutkan pembangunan.
“Perhatian Jokowi soal ekonomi yang lebih baik saja, sehingga ada duitnya untuk pembangunan. Sektor lain saya rasa akan dibiarkan,” ujarnya kepada Kantor Berita Politik RMOL sesaat lalu, Kamis (17/10).
Menurutnya, harus ada tokoh yang memiliki gebrakan ekonomi masuk dalam kabinet. Tokoh tersebut tidak lagi menggantungkan ekonomi Indonesia pada utang.
Salah satu tokoh yang mampu melakukan gebrakan itu, katanya, adalah Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid, DR Rizal Ramli.
“Orang seperti Bang Rizal Ramli layak dipertimbangkan agar ekonomi kita tidak lagi liberal,” tegasnya.
Dia menguraikan bahwa mantan Menko Kemaritiman itu memiliki kemampuan out of the box dalam menyelesaikan masalah ekonomi Indonesia. Cara berpikir keluar dari teks diperlukan agar ekonomi tidak lagi stagnan tumbuh di angka lima persen.
“Kelebihan beliau, mampu keluar dari text book. Kalau ikuti teks terus yang akan begini-begini saja ekonomi kita,” tegasnya.
“Dia (RR) juga punya riwayat panjang mengelola ekonomi, cukup berhasil kan waktu itu,” tutup direktur Lingkar Madani (Lima) Indonesia itu.
copy dari : rmol