Selasa, 07 Januari 2014

Mahasiswi Medan Temukan Obat Diabetes: Gita Belum Patenkan Kolagit

TRIBUNNEWS.COM, - Senin, 6 Januari 2014
MEDAN - Gita Adinda Nasution, mahasiswi Semester III Fakultas MIPA USU berhasil menemukan obat diabetes Kolagit, berkat kegigihannya untuk mengobati penyakit yang diderita ayah sejak dirinya duduk di kelas 6 sekolah dasar.
Kolagit, serbuk cokelat tua, berasal dari tebu yang diolah menjadi perangsang tubuh memproduksi hormon insulin. Satu kotak Kalogit berisi 800 gram dibanderol Rp 150 ribu.
Dia mengklaim, selain sang ayah, Bisman Nasution, yang menjadi pasien pertama, sudah ratusan penderita lain yang sembuh setelah mengonsumsi Kolagit dalam beberapa hari.
''Ketika saya kelas 6 SD, ayah telah divonis dokter mengidap diabetes. Badan ayah yang sebelumnya gemuk, mendekati 100 kg, perlahan susut. Penglihatan ayah kabur, bahkan untuk berjalan saja ayah mesti megang dinding. Saat itu, gula darah ayah mencapai 450," kata Gita saat berdiskusi di Kantor Tribun Medan, Rabu (11/12/2013).
Gita hadir bersama kakaknya, Siti Nurahmi Nasution, mahasiswi S2 Hukum USU, mengatakan setelah sang ayah divonis mengidap diabetes, ibunya jadi protektif soal asupan makanan suaminya. Hanya boleh mengonsumsi kentang dan ubi direbus.
"Melihat kondisi ayah, aku bulatkan tekat, ingin buat obat yang tidak ada larangannya. Artinya ayah dapat makan enak sesuai selera. Setiap hari aku ke perpustakaan untuk belajar kesehatan, umumnya belajar buku kesehatan ala Hembing. Lalu eksperimen sederhana di rumah, tanpa bantuan orang lain."
Perempuan berkulit putih ini sempat putus asa setelah 15 kali gagal.
"Saya melakukan 15 kali eksperimen, mulai dari pola makan ayah yang saya atur, termasuk obat minuman jus dan terapi.  Misalnya obat dari Ciplukan mulai dari daun, buah sama akar tanaman ini, saya rebus kemudian saya berikan untuk ayah. Tapi enggak sesuai harapan. Lalu saya mencoba lagi dengan obat Mahkota Dewa yang dikeringkan buahnya, lalu dijadikan serbuk, dan dikonsumsi. Setelah hampir setahun obat ini juga tidak mampu diharapkan."
Lalu Gita memutuskan mengunakan bahan jus Mengkudu.  Karena aroma jus Mengkudu sangat tak sedap, dia memutuskan tidak mengunakan bahan itu.
"Waktu masih kelas tiga SMP, saya sudah pasrah dan capek. Hanya berserah diri pada Allah. Tiba-tiba saya menemukan ide, yang sebenarnya konyol. Ibaratnya kalau gagal masuk jurang. Saya berpikir penyakit polio dapat diobati melalui vaksin polio, orang digigit ular dapat sembuh dari racun ular juga. Jadi tidak ada salah mencoba membuat riset dari gula."
Gita menjelaskan pada senyawa gula pasti ada senyawa yang dapat mengatasi sakit diabetes, hanya saja harus menemukan bahan campuran yang dapat memperbaiki senyawa itu. Setelah cukup lama mengutak-atik penelitian pada kelas tiga SMP, Gita  menemukan Kolagit dari gula tebu.
"Saya coba untuk diri sendiri. Setelah beberapa kali mencoba rasanya enak seperti kopi, karena obatnya dalam bentuk serbuk  cokelat, persis seperti kopi. Saat kenaikan ke kelas tiga SMA, obatnya baru dipublikasi dan di uji secara preklinis dan klinis di lab Farmasi USU."
Hasil uji coba laboratorium bagus. Enam ekor tikus pengidap penyakit gula sembuh setelah diberikan Kolagit. Bahkan Kolagit lebih ampuh dari obat diabetes hasil kimia, Dibin Klamit.
Anak ketiga dari pasangan Bisman Nasution dan Lismawarti ini mengungkapkan Kolagit dikonsumsi setelah makan. Beda dengan obat diabetes lain yang dikonsumsi sebelum makan. Gita menjelaskan tak semua penderita diabetes yang kekurangan hormon insulin. Ada yang memiliki hormon insulin, tapi rangsanganya kurang.
"Kerja obatnya pada bagian darah untuk mengaktifkan hormon insulin. Awalnya saya bingung karena tidak ada jurnal internasional yang mendukung asumsi pribadi saya.''
Setelah ayahnya rutin mengonsumsi Kolagit selama 4,5 tahun, Bisman sembuh. Beberapa orang yang mengonsumsi Kolagit, baik di Sumut, Jakarta, hingga Arab Saudi, juga merasakan kesembuhan. Kolagit diklaim menetralisir/menurunkan kadar gula darah, memperbaiki/memperjelas penglihatan, meningkatkan daya tahan tubuh, mengencangkan kulit, melancarkan pencernaan, sebagai asupan energi.
Untuk bisa mendapatkan Kolagit, pembeli harus memesan dahulu. Namun Gita belum berhasil mematenkan Kolagit temuannya. Beberapa kali upayanya gagal.
"Saya sudah sempat ke BPOM Sumut. Kata mereka harus dibawa ke BPOM pusat. Ketika di pusat saya ke bagian lab, karena pada saat itu saya masih SMA, kemudian disarankan ke bagian informasi. Pada bagian informasi tersebut disampaikan apabila ingin mengurus izin harus punya badan usaha seperti CV, PT atau kerjasama dengan perusahaan."

sumber : tribunnews.com