Rabu, 06 Mei 2009

SK Direktur PT Rajawali Nusatara Indonesia Bodong ?






Pengangkatan Nasrudin sebagai Direktur PT Rajawali Nusantara Indonesia diberitakan belum sah alias bodong berikut beritanya :

Melobi Hingga ke Lapangan Tenis

Terbunuhnya Nasrudin pada 14 Maret lalu, tak membuat catatan hidupnya ditutup. Justru semakin banyak yang ingin mengetahui siapa sesungguhnya direktur PT Putra Rajawali Banjaran (PRB) yang dibunuh 14 Maret lalu.Berdasarkan daftar riwayat hidupnya, Nasrudin yang lahir di Ujungpandang pada 12 Desember 1968 ini mulai bekerja di lingkungan PT Rajawali Nusatara Indonesia (RNI) pada 7 Januari 2002. Dia antara lain pernah menjabat sebagai staf ahli direksi bidang otonomi daerah (2002-2004) PT RNI; staf ahli direksi PT Rajawali Nusindo (2004-2008); dan direktur PRB (2008-hingga meninggal).


Nasrudin adalah orang yang dekat dengan sejumlah pejabat. Dalam mendekati pejabat, dia terbilang gigih. Tanri Abeng adalah salah seorang pejabat yang merasakan kegigihan Nasrudin.Saat masih menjabat Menteri Negara BUMN, Tanri Abeng tak pernah lepas dari hobinya, yaitu bermain tenis. Bahkan, saat mengunjungi BUMN di berbagai daerah pun, Tanri selalu menyempatkan mengayun raket. Tapi, dia selalu heran melihat Nasrudin telah bermain tenis di sana.

''Saya nggak tahu kenapa kalau saya main tenis di luar kota, dia selalu ada. Saya tidak tahu apakah dia ikut rombongan atau datang sendiri. Tapi, saya tidak mau tahu karena saya pikir dia kan businessman . Mungkin ada urusan dengan BUMN,'' kata Tanri kepada Republika , Rabu (6/5).

Perkenalan Tanri dengan Nasrudin memang bermula dari lapangan tenis di Hotel Hilton (sekarang Hotel Sultan--Red), Jakarta, tempatnya bermain tenis dengan sejumlah pejabat dan mantan pejabat negara seperti AA Baramuli, Hari Sabarno, Andi M Ghalib, dan Theo L Sambuaga. Tapi, ''Perkenalan kami hanya sebatas pertenisan,'' kata Tanri.

Lantas, bagaimana dengan isu bahwa Tanri mempekerjakan Nasrudin sebagai staf ahli? Tanri membantahnya. ''Tidak pernah saya berikan dia posisi apa pun di BUMN atau kementerian waktu saya menjabat sebagai menteri. Bisa cek ke Kementerian,'' katanya.

Menneg BUMN yang menjabat pada 1999-2001 ini menilai karakter Nasrudin tak baik. Bawahan Tanri melaporkan Nasrudin beberapa kali mengaku memiliki hubungan keluarga dengan Tanri. ''Memang dia (Nasrudin--Red) pernah datang ke saya dan bilang ibunya satu kampung dengan saya di Selayar, Sulsel. Tapi, tidak ada hubungan darah dengan keluarga saya,'' kata Tanri.

Setelah tak lagi menjabat sebagai menneg BUMN, Nasrudin tak pernah lagi bermain tenis dengan Tanri. ''Mungkin karena saya tidak menjabat lagi sebagai menteri,'' ujarnya.Pertemuan terakhir keduanya, terjadi satu setengah tahun lalu. Dua kali Nasrudin datang ke rumah Tanri dan mengaku telah mengantongi surat keputusan (SK) pengangkatan sebagai direktur Sumber Daya Manusia di PT RNI. Masalahnya, SK itu diteken oleh menneg BUMN Sugiharto yang baru saja digantikan oleh Sofyan Djalil.

''Dia tahu saya kenal baik Pak Sofyan Djalil. Karena itu, dia minta bantuan saya untuk minta Pak Sofyan melantiknya sebagai direktur di Rajawali holding . Waktu itu, dia mau tunjukkan SK-nya, tapi saya tidak mau lihat,'' kata Tanri.Tanri mengaku tak pernah menyebut nama Nasruddin, bahkan saat dia berkali-kali bertemu Sofyan. Alasannya, Tanri tak mengenal teman sepertenisannya itu dengan baik.

''Saya disiplin dan profesional. Bagaimana mungkin saya memberikan penilaian atas seseorang yang saya tidak kenal dengan baik? Lagi pula, saya tidak mau memengaruhi Pak Sofyan,'' kata Tanri.Setelah dua kali melobi Tanri dan gagal, Nasrudin tak pernah lagi menghubunginya.

Tapi, tenis bukan satu-satunya hobi Nasrudin. Dia juga penggemar golf. Bahkan, menurut pengakuan Sales and Marketing Manager Padang Golf Modernland (PGM), Bonnie Umboh, Nasrudin menjadi anggota tetap PGM untuk jangka waktu 20 tahun. PGM mempunyai total anggota 1.500 orang. Nasrudin adalah satu dari 770 member tetap 20 tahun PGM.

Di kalangan caddy , Nasrudin dikenal sebagai pria yang murah hati. Dia tak segan-segan merogoh kocek untuk caddy hingga pemotong rumput. Rani Juliani, caddy PGM, bahkan menjadi istri ketiganya--yang belakangan disebut-sebut menjadi motif pembunuhannya.

Saat ulang tahun ke-13 PGM, akhir November 2008, Nasrudin membawa PRB sebagai sponsor utama turnamen golf PGM berhadiah total Rp 1 miliar itu, bersama PT Indosat, BCA, dan Pigeon Indonesia. Padahal, kelas PRB sebagai cucu perusahaan BUMN, sangat jauh dari tiga sponsor lainnya.

PT RNI kini mengaudit perusahaan yang pernah dipimpin Nasrudin. ''Untuk mengetahui bagaimana track record dan performa almarhum selama ini di PRB,'' kata Humas RNI, Budiaji, kepada Republika , kemarin.Tapi, dia membantah audit berkaitan dengan kematian Nasrudin atau kasus korupsi RNI. ''Ini kebetulan saja. Audit kan butuh waktu lama. Mungkin Mei ini rampung,'' kata Budiaji.

Sebelumnya, Antasari Azhar, ketua KPK nonaktif, mengatakan, Nasrudin pernah mendatanginya di KPK, membawa data kasus korupsi di RNI. KPK kemudian mengungkap beberapa kasus.Grup RNI bergerak di bidang farmasi dan alat kesehatan, agroindustri, dan perdagangan umum. RNI mempunyai 15 anak perusahaan dan tiga cucu perusahaan. PRB adalah cucu RNI dari anak perusahaan PT Mitra Rajawali Banjaran (MRB) yang memproduksi alat kesehatan. Produk utamanya kondom Artika, yang pabriknya berada di Bandung.

Grup RNI mendirikan PRB pada 2005 untuk mengembangkan bisnis baru di bidang jaringan apotek. Ini meneruskan tradisi Oey Tiong Ham Concern, unit usaha keluarga Oey Tiong Ham di Semarang yang dinasionalisasi pemerintah pada 1961, yang menjadi cikal bakal RNI. Oey Tiong Ham Concern pernah mengembangkan apotek Bima di Jawa, jaringan apotek terbesar yang khusus menjual obat Cina. ''Tapi, selama ini perkembangan PRB tak berjalan baik, hanya bisa mengembangkan sembilan apotek waralaba,'' kata Budiaji.

Karena itu, PRB kemudian bergerak di bidang perdagangan umum dengan berbagai macam komoditas, dari alat kesehatan dan kondom produksi induknya MRB sampai cangkang sawit. Namun, RNI sebenarnya juga sudah mempunyai perusahaan distributor, yaitu PT Rajawali Nusindo. ''Nusindo melayani yang besar-besar, PRB yang kecil-kecil,'' kata Budiaji.

Budiaji juga mengakui PRB sebenarnya masih perusahaan kecil dengan jumlah karyawan hanya 20 orang dengan satu direktur, yang sebelumnya dijabat Nasrudin. Pada 2008, PRB sempat mencatat omzet penjualan Rp 28 miliar.

Tapi, mengapa Nasrudin yang sudah mengantongi SK direktur PT RNI--yang dibawanya saat menemui Tanri Abeng tak kunjung dilantik? ''Karena cacat prosedur. Dia tidak melalui fit and proper test meski ada SK-nya. Saya sebagai Sesmen menjaga tertib prosedur agar sesuai aturan,'' kata Sekretaris Menneg BUMN, Said Didu, kepada Republika , kemarin.

Sesuai peraturan, kata Said, direksi BUMN di- fit and proper test oleh Kementerian BUMN. Untuk calon direksi anak perusahaan BUMN, uji serupa dilakukan perusahaan induk, untuk direksi cucu perusahaan BUMN, diuji oleh direksi dari anak perusahaan.

Said baru mengetahui Nasrudin direktur cucu perusahaan BUMN setelah yang bersangkutan terbunuh. Saat itu, ada kabar Nasrudin direktur BUMN. Said mengaku tidak mengetahui alasan Sugiharto memberikan persetujuan dan tanda tangan atas SK pengangkatan Nasrudin sebagai direktur RNI, menjelang diganti Sofyan Djalil. ''Tapi, yang jelas, SK-nya bodong karena belum ada nomornya. Ini masih ada di meja saya,'' katanya.