Selasa, 13 Mei 2008

Behind Enemy Lines


poster dari impawards dot com
Behind Enemy Lines

Kisah di film ini berawal dari kapal induk USS Carl Vinson. Diawali kebosanan Letnan Chris Burnett (Owen Wilson), kopilot Angkatan Laut AS, yang bertugas di kapal tersebut. Di perairan itu militer AS hanya bertugas menjaga perdamaian di Bosnia. Kisahnya terjadi pada 1990-an. Anggota militer itu lebih banyak diam sambil memandang lautan lepas. Hanya sesekali para pilot pesawat tempur mengangkasa, mengintai musuh. Karena tak ikut ke medan perang, Burnett pun dilanda kejenuhan.

Jalan keluar yang dipilihnya berhenti bertugas dan meminta pulang ke tanah airnya. Keputusan itu membuat atasannya, Laksamana Leslie Reigart (Gene Hackman), marah. Sebagai hukuman, Burnett ditugaskan terbang bersama Stackhouse (Gabriel Match), yang menjadi pilotnya, saat rekannya yang lain merayakan hari Natal. Mereka ditugasi memotret sarang gerilyawan Serbia dari udara. Kisah seru pun dimulai di sini.

Film yang disutradarai Joh Moore ini menampilkan gambar-gambar yang bagus. Cukup menarik dan membuat penonton merasa tegang. Selain Owen Wilson dan Gene Hackman, tampil David Keith, Gabriel Macht, dan Olek Krupa.



Red Scorpion

Film yang diproduksi pada 1989 ini menuturkan kondisi sebuah negeri di Afrika yang bernama Mombaka. Di wilayah ini berkecamuk perang antara kaum perlawanan dan rezim komunis, yang didudukkan oleh Kuba dan Uni Soviet. Walaupun kehadiran pasukan militer Kuba didukung kelompok penasihat militer Soviet sangat mencolok, toh gerakan perlawanan rakyat pimpinan Sundata (Ruben Nthodi) mampu merepotkan rezim komunis, Kuba dan Soviet.

Sundata sangat sukar ditemukan lantaran selalu berpindah-pindah. Pasukan pendudukan Kuba pun kesulitan membunuh pemimpin rakyat yang karismatik itu. Soviet diam-diam tanpa sepengetahuan Kuba mengirim seorang pembunuh terlatih dari kesatuan elite Spetznaz (pasukan khusus Soviet) yang legendaris, yaitu Letnan Nikolai (Dolph Lundgren) untuk menginfiltrasi kelompok perlawanan dan membunuh Sundata.

Walau telah dilatih sebagai mesin pembunuh dan telah sukses dalam banyak misi sebelumnya, pada saat melihat bagaimana pasukan pendudukan Kuba dan Soviet melakukan pembunuhan dan penyiksaan kepada rakyat sipil dengan darah dingin, hati nurani Nikolai terusik. Selain Dolph Lundgren, dalam film ini ada M. Emmet Walsh, Al White, T.P. McKenna, dan Alex Colon.

Demikian Koran Tempo.

Kamis, 01 Mei 2008

Melayani Ekspresi

Ada orang seni yang merasa tidak cukup memiliki kebebasan berekspresi. Entah ekspresi macam apa yang ingin mereka ekspresikan sehingga kebutuhan sensor film saja harus dihilangkan. Atau mereka ketakutan ekspersinya tidak direstui, padahal terlanjur kulakan seni sebegitu mahal - penuh energi eeee tidak bisa sampai ke pasar.

Gara-garanya ia hidup tidak sendirian tetapi hidup bersama dengan orang lain, dan dalam wadah sebuah negri. Negeri itu memiliki semboyan bhineka tunggal ika. Memang seni tersendiri lho, bisa mememelihara terwujudnya semboyan itu. Sebuah ekspresi yang menuntut kemampuan yang tinggi. Soalnya tantangannya muncul pada saat bhineka menjadi liar sehingga ika-nya menjadi terancam hancur.

Yaa karena kita harus bergaul, maka komunikasi, etika dan seterusnya perlu dihormati. Oleh sebab itulah kebebasan mutlak itu tidak ada. Kebasan dalam lingkup tertentu. Bisa saja dalam lingkup yang suempiiiit............. bisa juga agak sempiittttttt............. atau malah sempiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit sekali. Lha kalau ekspresi seni yang bikin Tuhan dititpkan ke iyem sang kembang desa itu .... ya ekspresi sensualitas kewanitaannya ya hanya cukup untuk sang suaminya saja yang bisa menikmati. Kalau lebih dari itu, namanya tidak memelihara kehormatan. Lha mosok para artis itu malah menjual sensualitasnya ke publik.

Makanya Sang Jendral 'Naga Bonar' tidak setuju penghilangan badan sensor film. Karena tujuan kebebasan ekspresi semacam itu biasanya lebih bermuara untuk meloloskan seks dan sadisme belaka.