Rabu, 25 Juni 2008

NTFS Undelete

Ingin menggunakan software murah, silahkan cari software yang berlisensi open source. Salah satu software untuk mengembalikan file yang terlanjur terhapus dapat menggunakan "NTFS undelete" ini. Memang ada beberpa hal yang perlu di[erhatikan demi keberhasilan mendapatkan kembali file yang telh terhapus. Syaratnya ibarat file itu tersimpan di rak buku, rak itu belum terisi oleh file lain. Jadi selama belum tertimpa file lain besar kemungkinan file tersebut masih dapat fitemukan.

Untuk itu selama menjalanan software semacam ini disarankan untuk tidak secara bersamaan juga menjalankan aplikasi lain. Mengingat aplikasi-aplikas / software seringnya membuat chace atau temporer file yang disimpan di penyimpanan.

Software ini kebetulan dikhususkan untuk seting penyimpanan NTFS. Untuk versi installer under windows silahkan klik download ini.

Untuk penjelasan lebih detail soal cara menggunakan dan installer versi lainnya silahkan kunjungi http://ntfsundelete.com/

Sekian.

Selasa, 24 Juni 2008

Virtualisasi

Yang dimaksud virtualisasi di dunia bergaya IT itu komputer yang divirtualkan. Salah satu artikel yang mengulas gambaran kebutuhan virtualisasi dicopykan dari majalah SDA dengan judul "Virtualisasi: Solusi bagi Perusahaan untuk Lebih Efisien" sbegai berikut :

Laporan dari Environmental Protection Agency (EPA) baru-baru ini membuktikan apa yang selama ini sedang menjadi perhatian para CIO (Chief Information Officer) dan pengelola TI di seluruh dunia. Laporan ini berkaitan dengan efisiensi energi untuk data center.

Di banyak perusahaan, data center memang mengkonsumsi daya terbesar. Tak heran bila kampanye TI hijau oleh berbagai vendor membuat perusahaan mengurangi konsumsi daya server hingga 30 %.

Masih menurut laporan EPA, konsumsi daya keseluruhan data center berkisar pada angka 1,5% dari total konsumsi daya di AS. Hal ini berpotensi untuk dilakukan penghematan biaya hingga USD4 miliar pada biaya listrik tahunan dengan menggunakan perangkat dan pengoperasian secara optimal.

Bila dilihat lebih jauh, sebenarnya terdapat dua tujuan mengurangi jumlah server, yaitu peningkatan efektivitas server dan pengurangan konsumsi daya. Dengan penambahan server, maka tidak hanya mempersulit pemantauan dan pengendaliannya, tapi juga menambah sumber daya yang dibutuhkan, termasuk daya dan ruang.

Perusahaan sekelas Juniper Networks juga mulai memperhatikan hal ini dan memutuskan untuk memulai perubahan dengan meningkatkan efisiensi. Untuk itu, TI dengan mempertimbangan virtualisasi memungkinkan penggunaan sebuah server fisik untuk menjalankan beberapa sistem operasi dan aplikasi sekaligus yang secara logika terpisah.

Virtualisasi ini memungkinkan peningkatan efisiensi konsumsi daya dan utilitas server. Pada akhirnya, hal ini akan mengurangi penggunaan server dan mengakibatkan berkurangnya kebutuhan daya, pendingin, ruang, dan efisiensi biaya operasional.

Efisiensi juga dapat dilakukan dengan menginventarisasi server yang ada dan benar-benar memahami apa yang penting untuk bisnis. Hal ini sangat krusial karena biasanya departemen TI menghadapi dilema bagaimana mengurangi jumlah server dengan tetap mengimbangi dukungan atas pertumbuhan kebutuhan perusahaan yang semakin cepat.

Selain itu, bekerja sama dengan pimpinan departemen, developer, pengguna aplikasi, dan departemen TI dapat dengan cepat menentukan server mana yang memungkinkan untuk dikurangi.

Biasanya, jumlah fisik server dapat dikurangi dengan melakukan virtualisasi. Dengan demikian, untuk 100 server akan terjadi pengurangan konsumsi listrik yang mencapai lebih dari 50 ribu watt.

Sebenarnya, proyek virtualisasi server diharapkan dapat meningkatan pengurangan server yang digunakan dengan rasio virtualisasi 250 server dalam 10 server fisik.

Berdasarkan data, biasanya sebuah rack pada data center mampu menampung 42U (1,75 inchi per U). Angka 27-30U ini dapat digunakan untuk server, sisanya untuk panel, kabel dan power. Dengan demikian, asumsi rasio daya adalah 4:1 untuk mendinginkan server.

Sementara itu, Juniper merekomendasikan, jika perlu menambahkan server di tahun 2008, akan lebih baik bila berinvestasi pada produk yang memberikan efisiensi energi dan memberikan utilitas yang maksimal. Apalagi, strategi inovatif untuk data center adalah dengan memperhatikan baik dari sisi lingkungan juga sisi bisinis.

by Redaksi SDA Asia Magazine
14.05.2008 >> direct link

Selasa, 13 Mei 2008

Behind Enemy Lines


poster dari impawards dot com
Behind Enemy Lines

Kisah di film ini berawal dari kapal induk USS Carl Vinson. Diawali kebosanan Letnan Chris Burnett (Owen Wilson), kopilot Angkatan Laut AS, yang bertugas di kapal tersebut. Di perairan itu militer AS hanya bertugas menjaga perdamaian di Bosnia. Kisahnya terjadi pada 1990-an. Anggota militer itu lebih banyak diam sambil memandang lautan lepas. Hanya sesekali para pilot pesawat tempur mengangkasa, mengintai musuh. Karena tak ikut ke medan perang, Burnett pun dilanda kejenuhan.

Jalan keluar yang dipilihnya berhenti bertugas dan meminta pulang ke tanah airnya. Keputusan itu membuat atasannya, Laksamana Leslie Reigart (Gene Hackman), marah. Sebagai hukuman, Burnett ditugaskan terbang bersama Stackhouse (Gabriel Match), yang menjadi pilotnya, saat rekannya yang lain merayakan hari Natal. Mereka ditugasi memotret sarang gerilyawan Serbia dari udara. Kisah seru pun dimulai di sini.

Film yang disutradarai Joh Moore ini menampilkan gambar-gambar yang bagus. Cukup menarik dan membuat penonton merasa tegang. Selain Owen Wilson dan Gene Hackman, tampil David Keith, Gabriel Macht, dan Olek Krupa.



Red Scorpion

Film yang diproduksi pada 1989 ini menuturkan kondisi sebuah negeri di Afrika yang bernama Mombaka. Di wilayah ini berkecamuk perang antara kaum perlawanan dan rezim komunis, yang didudukkan oleh Kuba dan Uni Soviet. Walaupun kehadiran pasukan militer Kuba didukung kelompok penasihat militer Soviet sangat mencolok, toh gerakan perlawanan rakyat pimpinan Sundata (Ruben Nthodi) mampu merepotkan rezim komunis, Kuba dan Soviet.

Sundata sangat sukar ditemukan lantaran selalu berpindah-pindah. Pasukan pendudukan Kuba pun kesulitan membunuh pemimpin rakyat yang karismatik itu. Soviet diam-diam tanpa sepengetahuan Kuba mengirim seorang pembunuh terlatih dari kesatuan elite Spetznaz (pasukan khusus Soviet) yang legendaris, yaitu Letnan Nikolai (Dolph Lundgren) untuk menginfiltrasi kelompok perlawanan dan membunuh Sundata.

Walau telah dilatih sebagai mesin pembunuh dan telah sukses dalam banyak misi sebelumnya, pada saat melihat bagaimana pasukan pendudukan Kuba dan Soviet melakukan pembunuhan dan penyiksaan kepada rakyat sipil dengan darah dingin, hati nurani Nikolai terusik. Selain Dolph Lundgren, dalam film ini ada M. Emmet Walsh, Al White, T.P. McKenna, dan Alex Colon.

Demikian Koran Tempo.

Kamis, 01 Mei 2008

Melayani Ekspresi

Ada orang seni yang merasa tidak cukup memiliki kebebasan berekspresi. Entah ekspresi macam apa yang ingin mereka ekspresikan sehingga kebutuhan sensor film saja harus dihilangkan. Atau mereka ketakutan ekspersinya tidak direstui, padahal terlanjur kulakan seni sebegitu mahal - penuh energi eeee tidak bisa sampai ke pasar.

Gara-garanya ia hidup tidak sendirian tetapi hidup bersama dengan orang lain, dan dalam wadah sebuah negri. Negeri itu memiliki semboyan bhineka tunggal ika. Memang seni tersendiri lho, bisa mememelihara terwujudnya semboyan itu. Sebuah ekspresi yang menuntut kemampuan yang tinggi. Soalnya tantangannya muncul pada saat bhineka menjadi liar sehingga ika-nya menjadi terancam hancur.

Yaa karena kita harus bergaul, maka komunikasi, etika dan seterusnya perlu dihormati. Oleh sebab itulah kebebasan mutlak itu tidak ada. Kebasan dalam lingkup tertentu. Bisa saja dalam lingkup yang suempiiiit............. bisa juga agak sempiittttttt............. atau malah sempiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit sekali. Lha kalau ekspresi seni yang bikin Tuhan dititpkan ke iyem sang kembang desa itu .... ya ekspresi sensualitas kewanitaannya ya hanya cukup untuk sang suaminya saja yang bisa menikmati. Kalau lebih dari itu, namanya tidak memelihara kehormatan. Lha mosok para artis itu malah menjual sensualitasnya ke publik.

Makanya Sang Jendral 'Naga Bonar' tidak setuju penghilangan badan sensor film. Karena tujuan kebebasan ekspresi semacam itu biasanya lebih bermuara untuk meloloskan seks dan sadisme belaka.