Senin, 30 November 2015

Negara dan Warsito

Negara belum berhasil menunjukkan wisdomnya persoalan ini. Kalau kementrian kesehatan yang menyelesaikan sepertinya kebanyakan konflik of interest. Menteri pendidikan dan menteri perindustrian saja lah yang menyelesaiakan, ya...

Berikut copy nasihat-nasihat untuk penanganan temuan Warsito, diambil dari akun fb : Tonang Dwi Ardyanto (posting tgl 1 des 2015).
~~>
Pak La Agusu meminta tanggapan saya terkait yang Pak La Agusu sebut tentang keluhan Pak Warsito Purwo Taruno. Disebutkan bahwa ada surat dari sebuah lembaga yang memintanya menghentikan aktivitas (penelitian) nya.
Tulisan beliau ada di sini:
https://www.facebook.com/la.agusu/posts/10208590968515295?comment_id=10208592539514569&notif_t=mentions_comment
Tanggapan saya:
Masalah ini pernah saya bahas panjang lebar pada Oktober-November 2013 lalu.
https://www.facebook.com/tonang.ardyanto/posts/582912221744369
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=594898077212450&set=a.268476426521285.59746.100000767888723&type=3
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=594486427253615&set=a.268476426521285.59746.100000767888723&type=3
https://www.facebook.com/tonang.ardyanto/posts/583519268350331
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=600028673366057&set=a.268476426521285.59746.100000767888723&type=3
Poin pentingnya:
Justru saya mengusulkan ke Kemkes (dan saya berusaha secara nyata menghubungi pejabat-pejabat berwenang terkait masalah ini), justru agar Kemkes mengambil alih penelitian dan "aktivitas terapi" tersebut. Mengapa? Karena menjaga keselamatan para pihak, terutama masyarakat dan termasuk Pak Warsito Purwo Taruno sendiri.
Mengapa? Karena sesuai UU Praktek Kedokteran 29/2004, UU Kesehatan 36/2009, UU Tenaga Kesehatan 36/2014 (aturan terbaru), maka tidak ada hak bagi yang bukan tenaga kesehatan untuk melakukan terapi. Ancaman bagi pemberi terapi yang bukan kompetensinya? Pidana. Risiko bagi "pengguna terapi yang tidak sesuai regulasi"? Tidak ada jaminan hukum bila terjadi masalah.
Tentang "terapi" ini lah yang menjadi pangkal perdebatan. Sedangkan soal penelitian, tentu harus didukung sebagai sebuah keniscayaan perkembangan jaman. Justru itu dibutuhkan.
Masalahnya, mari kita dorong agar pemberian terapi itu justru dalam bingkai regulasi. Agar penelitian yang telah dilakukan, mendapatkan tempat untuk benar-benar diuji dalam bingkai yang sesuai regulasi juga.
Nampaknya, pihak Kemkes sendiri kikuk dan merasa serba canggung menghadapi masalah ini. Hal itu saya tangkap dari komunikasi dengan beberapa pejabat waktu itu (Okt-Nov 2013).
Secara praktis di lapangan, terjadi juga persinggungan. Mengapa? Karena kemudian muncul klaim: pakai jaket saja, tidak perlu ke dokter, lebih baik, tanpa operasi, banyak kok yang berhasil. Padahal ada juga "komunikasi dan konsultasi" di balik itu yang itu pun perlu menjadi perhatian dalam hal apakah sesuai dengan kompetensi dan kewenangan yang dimiliki.
Di sisi lain, tentu munculnya klaim-klaim seperti itu tidak nyaman bagi teman-teman praktisi medis terutama di bidang onkologi. Padahal mereka juga menerima tidak sedikit pasien yang menjadi terlambat ditangani secara medis, karena lebih dulu mencoba menggunakan jaket. Dari yang semula masih pada fase untuk "masih bisa diharapkan perbaikan melalui operas" (istilahnya operable) menjadi tidak lagi ada harapan lebih baik (in-operable). Hal itu kemudian mudah mengerucut pada klaim lagi: terbukti kan dokter juga sudah angkat tangan.
Kondisi yang demikian sungguh tidak positif untuk semua pihak. Maka usul saja jelas: Kemkes yang mengambil alih. Lakukan sesuai prosedur penelitian dan pengembangan terapetik. Dengan demikian, menjadi melindungi para pihak. Tidak perlu juga kemudian berkembang rasa saling curiga, rasa saling "merendahkan".
Ada yang bilang "lha salahnya sendiri Kemkes tidak mau bergerak". Kalaupun memang benar demikian, itu salahnya Kemkes. Tetapi jelas itu bukan alasan untuk kemudian kita juga melakukan hal yang tidak semestinya.
Ada lagi yang bilang "masih lebih baik daripada terapi-terapi lain yang lebih tidak jelas lagi dasar ilmiahnya". Justru, apakah memang itu kelas Prof Warsito Purwo Taruno? Saya yakin beliau jauh di atas yang seperti itu.
Ada yang harus kita ingat, ada 4 prinsip utama Etika Penelitian Kesehatan: Respect for Human Dignity, Respect for Privacy and Confidentiality, Respect for Justice and Inclusiveness serta Balancing Benefit and Harms. Ada beberapa yang menambahkan prinsip lain, tetapi merupakan turunan dari 4 prinsip utama tersebut.
Mari kita dorong ke ara solusi, bukan sekedar menguras emosi, apalagi mencari sensasi.
Salam Indonesia!

-- post tgl 29 September 2013--
Pak Hery Mochtady meminta saya berkomentar tentang tayangan suatu acara yang menampilkan temuan terapi kanker oleh Pak Warsito Purwo Taruno. Kesan saya, ada jawaban dari Dokter sebagai narasumber di acara tersebut, yang tidak tegas bersikap tentang temuan dimaksud. Mohon maaf saya belum sempat menyaksikan keseluruhan acara tersebut. Namun berikut komentar saya berdasarkan yang saya tahu.
Kami di bidang kedokteran bukan tidak tahu atau tidak membaca temuan atau laporan spt hasil karya Pak Dr. Warsito Purwo Taruno. Kami sangat menghargai niat baik beliau tersebut. Pernah pula seingat saya, beliau diminta ikut berbicara di forum ilmiah kedokteran. Pernah pula beliau kami undang ke PMI Solo untuk berdiskusi tentang kemungkinan membawa pasien-pasien kanker yang kurang mampu ke terapi temuan beliau (sebagai bagian dari sumbangsih PMI Solo).
Mengapa dicitrakan bahwa kalangan dokter tidak menerima temuan tersebut? Persoalannya pada satu filosofi bidang kedokteran: Medicine is a science of uncertainty and art of probability. Di sisi lain, ada ekspektasi yang lain terhadap dokter dibanding pihak lain, ketika sama-sama melontarkan suatu pendapat. Para dokter cenderung khawatir bila apa yang disampaikan langsung diterima sebagai simpulan akhir. Padahal semua masih berproses.
Kondisi ini yang membuat para dokter cenderung sangat berhati-hati. Bukan karena kami tidak menghargai. Kami sangat menghargai temuan spt Pak Warsito. Tetapi untuk menyebutnya sebagai "terapi kanker" dalam prinsip Evidence-based Medicine dan Value-based Medicine, tentu perlu proses. Sejauh ini kami masih pada pemahaman bahwa "semakin kuat suatu terapi terhadap kanker, juga semakin besar risiko efek sampingnya pada sel-sel yang normal". Karena itu, kami biasanya berhitung pada risk-and-benefit yang optimal.
Sel-sel kanker memiliki aktivitas lebih tinggi - lebih sering dan lebih cepat membelah diri - daripada sel-sel normal. Dengan aktivitas itu, maka penyerapan energi dan loncatan energi yang ditimbulkan juga tinggi. Pada pemberian kemoterapi, sel-sel yang beraktivitas tinggi ini yang menjadi sasaran karena berarti lebih tinggi pula menyerap obat kemo terasebut. Karena sel-sel di kulit, rambut dan mucosa (selaput lendir saluran cerna misalnya) juga termasuk sel yang beraktivitas tinggi, maka efek samping yang paling sering kita lihat juga terjadi pada sel-sel tersebut. Prinsip yang sama berlaku pula pada pemberian Radioterapi. Pilihan terapi ini dengan dosis bervariasi, juga baik secara tunggal maupun kombinasi beberapa obat, disesuaikan dengan jenis, derajat keganasan maupun luasnya sebaran. Langkah ini untuk memenuhi prinsip terapi berbasis bukti (Evidence-based Medicine). Termasuk di dalamnya memperhitungkan soal usia, kondisi umum pasien dan harapan keberhasilan (prognosis) yang semata-mata agar tidak hanya memenuhi EBM tetapi juga Value-based Medicine (VBM).
Semakin berkembang, semakin diharapkan kita temukan obat anti kanker yang mampu mendeteksi sel-sel targetnya dengan lebih spesifik, melalui pengenalan suatu reseptor, ligand ataupun penanda khusus (cluster of differentiation) yang khusus diekspresikan di permukaan sel kanker, sehingga diharapkan meminimalkan efek terhadap sel-sel lain yang sebenarnya normal.
Kemampuan saya memahami prinsip kerja temuan Pak Warsito juga demikian: memaparkan energi listrik ke suatu bagian atau seluruh tubuh untuk ditargetkan pada sel-sel kanker yang memiliki aktivitas lebih tinggi dibandingkan sel-sel normal. Hanya saya tidak berani berkomentar terlalu jauh, apakah misalnya ada efek samping, apakah tidak terbentuk sebaran sel kanker secara micro-satelit, apakah tidak terjadi disregularitas pada sel-sel yang normal, semata-mata karena belum mendapatkan data penelitian yang lebih komprehensif. Hal itu semata-mata bukan karena meragukan kapasitas beliau, tetapi lebih untuk memenuhi prinsip-prinsip terapi berbasis bukti. Tentu saya yakin beliau juga paham bahwa bukti dalam hal ini bukan sekedar laporan kasus, atau apalagi - maaf - testimoni. Saya yakin beliau juga mendukung prinsip tersebut.
Hal yang juga sering membuat kalangan dokter menahan diri adalah model pemberitaan yang tergiring untuk membenturkan temuan tersebut dengan pilihan terapi yang dipilih para dokter berdasarkan prinsip terapi-berbasis-bukti. Pemberitaan atau opini model ini, maaf, menyakitkan bagi kami. Kondisi itu justru membuat para dokter semakin menarik diri. Ujung-ujungnya diskusi tentang hal ini menjadi terhambat. Alih-alih terbangun diskusi yang menyehatkan, justru para dokter yang merasa disudutkan.
Akan sangat baik bila pemerintah memayungi dengan membiayai penelitian ilmiah skala besar justru untuk membuktikan bahwa temuan tersebut memang merupakan pilihan yang baik. Bila sudah kita dapatkan bukti itu, saya berpendapat, kalangan dokter juga akan mudah menerima, sebagaimana juga berlangsung pada upaya saintifikasi jamu sebagai obat herbal. Bila itu kita capai, semua akan senang. Rakyat senang, pemerintah senang, kalangan dokter juga senang.
Sementara itu, sebelum bukti itu kita dapatkan, kalangan dokter tidak akan menghalangi bila pasien sesuai dengan haknya akan menggunakan pilihan terapi lain. Yang - saya kira - diharapkan para dokter adalah: mari terbuka, sampaikan dengan jelas pilihan Anda wahai para pasien, janganlah menutupi bila memang ada pilihan lain. Jangan kalau berhasil dengan pilihan terapi lain, dokternya yang dituding kurang pengetahuan. Tetapi kalau kebetulan tidak berhasil dengan pilihan lain, dokternya juga yang tetap disalahkan. Adanya keterbukaan justru akan menambah data tentang bagaimana kolaborasi, bila memang memungkinkan, antara pilihan terapi medis dengan pilihan terapi yang lain.
Mari.
(Itu informasi ringkas yang saya tahu sebagai Anggota Tim Kanker di RS Moewardi Surakarta. Mohon kepada para sejawat Onkologi untuk mengoreksinya).

Kamis, 13 Agustus 2015

Atlet Penjajah Israel Masuk Indonesia, Abdillah Onim: Saya Malu, Maafkan Kami Rakyat Palestina

Atlet Penjajah Israel Masuk Indonesia, Abdillah Onim: Saya Malu, Maafkan Kami Rakyat Palestina

Abdillah Onim menyesalkan sikap pemerintah Indonesia yang mengizinkan atlet penjajah Zionis Israel, Misha Zilberman masuk ke Indonesia.
Padahal, warga Gaza, Palestina saja tidak mudah masuk ke Indonesia, tapi atlet negara teroris pembantai bocah Palestina bisa dapat visa kunjungan ke Indonesia. (Baca: Menlu Indonesia Pernah Ditolak Israel, Tapi Atlet Israel Diizinkan Masuk ke Indonesia)
Abdillah Onim mengisahkan pengalamannya yang sempat hendak ditolak dan nyaris dideportasi ketika tiba di Terminal II, Bandara Soekarno Hatta.
“Kata petugas bandara Soeta, mereka ini dideportasi saja malam ini, sembari menunjuk ke arah istri dan putriku,” ujar Onim dalam rilisnya yang diterima redaksi Panjimas.com, pada Rabu (12/8/2015).
Di tahun 2012, bang Onim bersama anak istri berkunjung ke Indonesia, semua berkas sudah siap atas bantuan KBRI Kairo. Dalam kunjungan ke berbagai wilayah di Indonesia dalam rangka menghadiri undangan baik NGO maupun pemerintah RI/Kemenlu ketika itu. Saat itu saya dan istri mendapat undangan ke Malaysia, setelah menghadiri udangan ke beberapa daerah di Malaysia, kami pun kembali ke Indonesia. Saya pun tidak mengetahui bahwa harus urus visa kunjungan lagi untuk anak istri. Setibanya di bandara Soekarno Hatta.
Istri dan putri Onim dianggap imigran gelap dan dikurung di ruangan khusus. Saat itu datang seorang kepala petugas, dengan tanpa beradab dia mengatakan, “mereka ini dideportasi segera malam ini yaitu jam 10 malam WIB,” demikian kata petugas.
Mereka tidak sadar bahwa selama saya di Jalur Gaza Palestina, sangat peduli dengan Nasib TKW Asal Indonesia hingga saat ini.
“Saya pun tidak terima dan mengatakan hati-hati kalau bicara, itu anak dan istri saya dan saya Asal Indonesia. Apa tidak ada kata yang lebih sopan pak, sembari menunjukkan ID card Journalist Internasional. Serentak dia bilang oh istri dan anak Bapak Abdillah Onim. Ok kita urus dan tidak perlu dideportasi,” dia perintahkan ke anak buahnya.
Hingga saat ini saja NGO asal Indonesia yang membawa bantuan ke Gaza tidak diijinkan oleh pemerintah Zionis Israel, masa Indonesia menerima atlet asal bangsa Zionis? “Saya tidak habis pikir. Kok bisa sih, heran?” ujarnya.
Onim yang mendedikasikan waktu dan hidup nya untuk bangsa Palestina, 8 tahun sudah wilayah Gaza yang masih di blokade oleh zionis Israel. Akan tetapi sangat di sayangkan, alangkah malunya Indonesia menerima atlet asal Zionis Israel. Yunani saja pernah menolak atlet asal Zionis Israel ikut pertandingan, masa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai hak dan kemanusiaan menerima mereka, padahal Indonesia dikenal dunia sangat santun, terkenal dengan jumlah muslim terbesar di dunia.
Perlu di ingat bahwa hingga kini kondisi masjid Al-Aqsha Al-mubarok kiblat pertama Umat Islam Dunia, termasuk kiblat Umat Islam di seluruh Nusantara juga, masih dinodai, di serang oleh zionis Israel.
“Ya Allah, apa yang yang mesti kami jawab jika diakhirat nanti Engkau bertanya: apa yang sudah anda perbuat di saat masjid Al-Aqsha Al-mubarok dinodai oleh yahudi Israel? Apa yang engkau lakukan saat umatku dan saudara di Palestina dizalimi oleh musuh Islam yaitu zionis Israel?
Mewakili Muslim Indonesia di Jalur Gaza Palestina, dengan rasa malu dan sangat menyesal saya ucapkan kepada rakyat Palestina; Tolong Maafkan Kami. Allah Musta’an,” tutupnya. [AW]

copy dari : http://panjimas.com/news/2015/08/13/atlet-penjajah-israel-masuk-indonesia-abdillah-onim-saya-malu-maafkan-kami-rakyat-palestina/

----
According to AFP, the secretary general of BWF Thomas Lund visited Zilberman in Singapore to help him in obtaining an Indonesian visa to participate in the championship, which will help to gain points necessary to qualify for the 2016 Rio Olympic Games.

http://www.antaranews.com/en/news/99927/world-badminton-championship-israeli-player-leaves-after-losing-match

Selasa, 11 Agustus 2015

Mengintip di Balik Serial Animasi Adit & Sopo Jarwo

suarasurabaya.net - 11 Agustus 2015
Serial animasi MD Animation itu tayang setiap sore di televisi swasta yang juga memutar serial animasi produksi Malaysia seperti "Upin-Ipin", "BoBoiBoy" dan "Pada Zaman Dahulu".

Eki NF, Kepala Dinas Kreatif MD Animation, yang sebelumnya sudah berpengalaman menulis skenario, memimpin orang-orang kreatif menggarap animasi "Adit & Sopo Jarwo" (ASJ), yang menceritakan kejadian sehari-hari di di Kampung Karet Berkah tempat Sopo, Jarwo, serta Adit dan kawan-kawannya tinggal.

"ASJ adalah kerja ramai-ramai, bukan hanya saya," kata Eki tentang awal mula pembuatan serial tersebut, seperti dilansir Antara.

Eki mulai bergabung dengan MD Animation tahun 2012 dan saat itu ditantang untuk membuat cerita animasi yang menggabungkan unsur-unsur dalam film "Tintin", "Home Alone" dan "Si Doel Anak Sekolahan".

"Saya ditantang untuk membuat cerita petualangan anak-anak seperti Home Alone tapi dengan rasa petualangan seperti Tintin dengan koneksi emosional karakter dan budaya seperti Si Doel," tuturnya.

Setelah berpikir dan melakukan riset, Eki bersama timnya menemukan gambaran mengenai serial ASJ, yang semula akan diberi judul "Sahabat Sejati" dan "Petualangan Seru".

Namun setelah melakukan riset lebih lanjut mereka melihat kebanyakan judul serial animasi populer menggunakan nama tokohnya sebagai judul supaya lebih mengena ke penonton.

Tokoh yang pertama kali tercipta adalah Adit, yang muncul karena Eki teringat dengan tokoh Kevin McCallister dalam film "Home Alone".

"Kalau karakter Sopo dan Jarwo terpikir dari hubungan emosional antara Babe Sabeni, Mas Karyo dan Mandra dalam Si Doel. Karena itulah tercipta karakter dengan hubungan emosional antara Adit, Sopo dan Jarwo," katanya.

Penokohan

Eki mengatakan setiap karakter di ASJ punya cerita dan latar belakang berbeda yang menggambarkan karakter masyarakat Indonesia.

"Jarwo itu adalah kita. Begitu pula dengan Adit, Sopo, Haji Udin, Dennis dan tokoh-tokoh lainnya," katanya.

Ia menuturkan Adit adalah seorang anak yang memiliki keluarga sempurna, tinggal bersama Ayah yang sering lupa, Bunda yang disiplin dan perhatian serta adik perempuan kecil bernama Adel.

"Bunda itu lulusan S2 yang memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga sejak Adit lahir. Tanpa ingin menafikan peran ibu yang bekerja, kami ingin menggambarkan bagaimana seorang ibu harus bersikap terhadap keluarganya," kata dia.

Adel, ia melanjutkan, belum bisa berbicara lancar dan hanya ada tiga orang saja yang bisa memahami perkataannya yaitu Adit, Sopo dan Haji Udin. Hanya orang-orang tulus yang bisa memahami ucapan Adel menurut Eki.

Sementara Jarwo, ia menjelaskan, adalah pria asal Semarang yang ikut kakaknya merantau di Jakarta. Cita-citanya menjadi tentara tidak kesampaian, karena itu dia sering memperlakukan Sopo sebagai prajurit anak buahnya.

Jarwo menumpang di rumah kakak perempuan dan suaminya di Kampung Karet Berkah dan bekerja serabutan. Dalam salah satu episode, Jarwo diperlihatkan punya saudara kembar bernama Jarwis yang nasibnya lebih baik.

"Sedangkan Sopo berasal dari Brebes, tapi pernah menjadi kuli angkut di Stasiun Cirebon. Karena itu, dia suka senang hati membantu orang dan tulus bersama Jarwo meskipun dia tidak lulus SD. Dia anak ke-11 dari 12 bersaudara," kata Eki.

Karakter lain dalam serial itu adalah Haji Udin, ketua RW yang semasa muda menjadi anggota geng motor. Di balik baju koko yang kerap dia pakai, badannya penuh tato. Sepeda motor yang dia gunakan semasa muda kini diberikan kepada Jarwo.

"Haji Udin selalu bisa memberi nasehat kepada Jarwo karena dia dulu juga pernah muda seperti Jarwo. Kalau kata orang, ane juga dulu pernah begitu," jelas Eki.

Tokoh Haji Udin dibuat berdasarkan karakter Dedi Mizwar, yang kini menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat.

"Kami izin kepada yang bersangkutan untuk menggunakan tokoh dan karakternya pada figur Haji Udin. Apalagi selama ini Pak Wagub memiliki citra yang positif," ujarnya.

Tokoh lainnya adalah Dennis, teman bermain Adit, yang menurut Eki memiliki karakter yang bertolak belakang dengan Adit yang tanpa beban.

Denis selalu diliputi ketakutan dan ketidakpercayaan diri. Adit selalu memberinya semangat dan dukungan saat menghadapi masalah.

"Tutup mata kamu, ambil napas dalam-dalam, lalu bayangkan kamu adalah pahlawan super," kata Adit bila sedang memberi semangat kepada Dennis.

Tokoh lainnya adalah Kang Ujang, penjual bakso asal Garut yang juga seringkali menjadi "korban" Jarwo. Jarwo dan Sopo kerap harus membantu Kang Ujang mencuci mangkok bakso untuk membayar hutang-hutang mereka.

Bintang tamu

ASJ sesekali memasukkan karakter dari kehidupan nyata sebagai bintang tamu. Bintang tamu yang pertama kali muncul adalah Madun dari serial "Tendangan Si Madun". Selain itu ada personel grup Cherrybell, yang salah satu personelnya membuat Jarwo jatuh hati.

"Bintang tamu lain yang akan muncul adalah Armand Maulana. Apalagi saat ini Armand sudah menyanyikan lagu tema ASJ yang berjudul Hebatnya Persahabatan," tutur Eki.

Eki mengatakan setiap bintang tamu yang muncul selalu digambarkan memiliki hubungan tertentu dengan salah satu tokoh ASJ.

"Armand itu memiliki hubungan dengan Kang Ujang," kata Eki.

Eki menambahkan, semua orang asalkan memiliki citra dan reputasi baik bisa menjadi bintang tamu asalkan yang bersangkutan berkenan.

Saat ditanya tokoh siapa yang paling ingin dimunculkan sebagai bintang tamu, Eki menjawab Dedi Mizwar.

"Kami ingin memunculkan Dedi Mizwar sebagai wakil gubernur. Pasti akan ada tantangan tersendiri untuk memunculkan hubungan antara Dedi Mizwar dengan karakter-karakter di ASJ, apalagi ada karakter Haji Udin yang memang diciptakan berdasarkan karakter Dedi Mizwar," katanya.

Harapan-harapan

Eki dan anggota tim kreatif MD Animation berharap dunia animasi Indonesia bisa semakin maju dan berkembang.

Dia berharap Badan Ekonomi Kreatif bisa membuat regulasi yang jelas untuk melindungi karya dan jenjang karier pekerja animasi dalam waktu dekat.

"Yang tidak kalah penting adalah adanya piranti lunak untuk memproduksi animasi yang murah dan berkualitas ciptaan anak negeri," katanya.

Selain itu, dia berharap studio animasi dan para animatornya bisa saling bersinergi untuk mengembangkan animasi Indonesia. Salah satunya adalah dengan bergabung dalam komunitas Indonesia Animation Army.

"Saat ini, kita bersaing bukan untuk mencari siapa yang menang dan siapa yang kalah tapi saling melengkapi," ujarnya.

Beni Susanto, yang menjadi Kepala Suku Dinas Unit Redaksi Cerita MD Animation, berharap selanjutnya karya animasi anak negeri bisa dipasarkan ke luar negeri, minimal di Asia.

"Dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN kita harus bisa meyakinkan negara-negara tetangga untuk membeli produk animasi Indonesia. Jangan hanya kita membeli animasi dari luar," katanya.

Sementara Dimas Pandu, Kepala Suku Dinas Grafik, Desain dan Animasi, berharap pemerintah dan masyarakat lebih peduli dan mendukung animasi Indonesia.

"Saya ingin masyarakat bisa lebih bangga dengan animasi karya anak negeri," katanya.(ant/iss/ipg)

copy : http://m.suarasurabaya.net/kelanakota/detail.php?id=icjnute97fsb2b2rsea7onqsv62015157092

Kamis, 06 Agustus 2015

Proyek Rahasia Twitter Terbongkar

 

viva.co.id - Senin, 22 Juni 2015
Proyek baru Twitter yang dinamakan Project Lightning terbongkar. Proyek ini akan memudahkan pengguna Twitter atau nonTwitter untuk mendapatkan konten berupa foto, video, vine dan streaming Periscope dalam satu halaman.
Menurut laporan BuzzFeed, yang dikutip ITProPortal, Senin, 22 Juni 2015, proyek ini mulai terungkap pekan lalu. BuzzFeed melabeli Project Lightning sebagai proyek paling rahasia Twitter.
Proyek ini memungkinan pengguna bisa melihat konten Project Lightning pada aplikasi mobile juga dalam versi situs. Project Lightning akan bekerja mengumpulkan beragam konten multimedia dari para pengguna digital dalam sebuah event tertentu dan menyajikannya ke pengguna.
Misalnya ada sebuah pameran atau konser tertentu di sebuah tempat, maka otomatis akan ada ratusan hingga ribuan foto, video, vine dan lainnya dari acara tersebut yang tampil dalam Project Lightning.
Nah, untuk menikmati beragam konten itu, pengguna cukup menggunakan tanda tagar populer atau hastag. Dengan memakai hastag itu, maka pengguna secara otomatis akan disajikan dengan beragam postingan mulai dari yang kurang berkaitan sampai yang tidak berkaitan sama sekali dengan event yang dimaksud.
Meski demikian,  Project Lightning akan memiliki tim editor yang akan mengorganisasikan konten yang berkuallitas dan tersedia untuk pengguna Twitter atau non-Twitter.
Situs mikroblogging itu juga memungkinkan situs lain untuk melekatkan (embed) event tersebut. Secara teknik ini seperti melekatkan video youTube pada situs tertentu. Setelah dilekatkan, event Twitter itu secara otomatis ter-update sesuai yang muncul di Twitter.
"Ini tantangan yang telah kami jalani bertahun-tahun, meskipun kami telah menjadi konten yang luar biasa di dunia, yaitu memiliki televisi tanpa panduan saluran atau kendali remote," ujar Katie jacob Stanton, Kepala Kurator Tim Editorial Twitter.
Ditambahkan Stanton, Project Lightning ini diklaim sebagai satu-satunya cara untuk menemukan konten dengan baik.
"Tidak ada cara yang benar-benar menemukan ini atau mengontektualkan konten. Jadi Project Lightning merupakan wadah indah bagi kita untuk memunculkan konten yang luar biasa dan membuatnya menyenangkan."
(mus)

link berita : teknologi.news.viva.co.id/news/read/641426-proyek-rahasia-twitter-terbongkar
(gagal akses)