Sabtu, 18 Oktober 2014

Snowden: Jangan Pakai Facebook, Google, dan Dropbox

Mantan karyawan National Security Agency (NSA) yang kini menjadi whistle blower dan aktivis privasi, Edward Snowden, menyarankan agar pengguna internet menjauhi layanan Facebook, Google, dan Dropbox.
Ketiganya, menurut Snowden, adalah layanan jejaring sosial, internet, dan cloud yang walau populer saat ini dan dipakai di seluruh dunia, tetapi merupakan layanan yang berbahaya dalam hal proteksi data dan privasi.
Berbicara dalam sebuah konferensi video jarak jauh di acara The New Yorker Festival, Snowden yang sedang berada dalam persembunyiannya di Rusia itu berbagi tips bagi pengguna soal bagaimana cara menghindari layanan yang berpotensi mengutip data pengguna.
Yang menjadikannya ironis, Snowden melakukan sesi percakapan video itu dengan salah satu layanan Google, yaitu Hangouts dan YouTube.
Sementara untuk layanan penyimpanan cloud, Dropbox, Snowden berkata bahwa layanan itu memiliki enkripsi yang kurang aman. Data yang dikirim melalui Dropbox memang dienkripsi baik saat dikirim maupun saat transit, tetapi menggunakan aplikasi pihak ketiga.

Snowden juga mengimbau agar pengguna layanan internet sadar akan hak dan bahaya layanan-layanan itu terhadap privasi mereka. "Saat Anda bilang tidak punya sesuatu yang disembunyikan, maka Anda sudah tidak peduli lagi dengan hak-hak Anda," ujarnya seperti dilansir KompasTekno dari Tech Crunch, Sabtu (11/10/2014).
Karena itu, Snowden merekomendasikan pengguna beralih ke layanan lain, seperti RedPhone atau Silent Circle, alih-alih mengandalkan layanan SMS Default. Ia juga akan menyambut baik jika enkripsi di smartphone lebih ditingkatkan lagi.

copy dari : kompas.com

Inikah Agenda Tersembunyi Zuckerberg ke Indonesia?

14 Oktober 2014
 
Pertengahan 2013, CEO Facebook, Mark Zuckerberg, meluncurkan proyek Internet.org, sebuah kemitraan global dengan misi memperluas jangkauan internet agar mencakup dua pertiga warga dunia yang sejauh ini masih belum bisa mengaksesnya.

Segera setelah Internet.org diumumkan, mulai muncul pendapat nyinyir bahwa tujuan akhir inisiatif itu tak lain adalah untuk meningkatkan pertumbuhan (iklan) Facebook dengan cara memperbanyak jumlah pengguna internet.

Anggapan itu lebih kurang turut menyertai kedatangan pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, ke sejumlah negara berkembang, termasuk Indonesia. Di negara yang menjadi persinggahan terbarunya ini, ia sempat menanggapi soal tudingan tersebut.

"Memang ada yang berpandangan bahwa tujuan Internet.org adalah mendatangkan lebih banyak orang ke Facebook. Dalam jangka panjang, saya rasa itu adalah hal yang sangat bernilai," kata Zuckerberg berterus terang dalam sesi tanya jawab acara lokakarya Internet.org di Hotel Four Seasons, Jakarta, Senin (14/10/2014).

"Akan tetapi, Internet.org lebih merupakan misi bahwa kepedulian kami adalah menghubungkan orang-orang ke internet," tambah dia dengan cepat.

Menurut Zuckerberg, perusahaannya sudah memiliki banyak proyek lain di negara-negara dengan perekonomian maju yang ditujukan untuk keperluan pengembangan bisnis.

Sikap berbeda diterapkan di negara berkembang, seperti Indonesia, yang menjadi sasaran Internet.org, dengan fokus utama berupa perluasan akses internet dan membantu pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan.

"Memang, pada jangka panjang, ini akan menjadi bagian dari bisnis kami juga. Akan tetapi, prinsip fundamentalnya adalah untuk membantu menghubungkan orang-orang di seluruh dunia ke internet," imbuh Zuckerberg.

Melalui penyediaan layanan internet yang terjangkau, Zuckerberg berharap Internet.org bisa "membuka pintu" ke jaringan internet bagi dua pertiga penduduk dunia yang masih belum memiliki akses, termasuk di Indonesia. "Pada akhirnya, ini akan bagus bagi semua orang. Kami tak melakukannya untuk bisnis semata."

Meski demikian, Zuckerberg mengakui bahwa Indonesia dalam konteks di luar Internet.org adalah negara yang sangat penting bagi Facebook. Negeri ini memang duduk di urutan keempat dalam hal jumlah pengguna terbanyak, mencapai kisaran 70 juta akun.

Karena pentingnya posisi Indonesia di mata Facebook, jejaring sosial miliknya itu telah membuka kantor untuk wilayah Indonesia, yang berlokasi di Jakarta.

Indonesia cuma pasar

Zuckerberg yang mengklaim Internet.org membawa misi mulia untuk Indonesia mengundang komentar dari Direktur Eksekutif ICT Watch Donny BU.

Menurut Donny, tujuan Internet.org memang mendorong agar kecepatan internet bisa lebih cepat, tetapi juga akan memperlancar gelontoran iklan-iklan.

Jadi, menurut Donny, dengan mengutip Techcrunch, tujuan program Internet.org yang sebenarnya tak lain adalah memuluskan (infrastruktur) bisnis iklan Facebook.

"Jadi, tak ada yang perlu dikagumi secara berlebihan dari hadirnya Zuckerberg ke Indonesia. Jelas, Facebook, sebagaimana Google, Twitter, dan lainnya, memandang (dan membutuhkan Indonesia) sebagai pasar atas produk (iklan) mereka," tulis Donny dalam blog pribadinya.

"Mereka datang ke Indonesia karena Indonesia hebat (sebagai pasar). Kepedulian mereka tak mungkin lepas dari kepentingan bisnis. Apa pun program yang mereka jalankan atau dalih yang mereka sampaikan, think again, do they really care with the Indonesian people? Silakan Anda jawab sendiri."

Terakhir, Donny menyatakan, jika tidak memiliki strategi dan rencana kerja sama dan negosiasi yang ajeg serta tangguh, maka posisi Indonesia akan seterusnya hanya sebagai pasar (baca: konsumen) bagi produk internet global.

copy dari : kompas.com

Mark Zuckerberg Tahu Penyebab Internet Indonesia Lambat

14 Oktober 2014
Trafik data seluler di Indonesia terus mencatat pertumbuhan, tetapi tak semua pelanggan menikmati akses internet berkecepatan tinggi.

Data dari lembaga Internet.org, misalnya, menunjukkan bahwa 75 persen pengguna data seluler Tanah Air masih harus mengandalkan jaringan 2G GSM/EDGE yang kecepatannya jauh tertinggal dari jaringan 3G, apalagi 4G.

Karena itulah, ketika hadir di Jakarta, Senin (13/10/2014), pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, mengaku mengetahui permasalahan internet di Indonesia.

"Di sini (Indonesia), salah satu masalah paling besar adalah efisiensi," kata Zuckerberg saat lokakarya Internet.org yang dihadiri KompasTekno di Hotel Four Seasons, Jakarta.

Menurut miliarder berusia 30 tahun ini, Indonesia harus punya strategi khusus agar internetnya lebih baik. Salah satu strategi yang diusulkannya adalah penyedia konten online di Indonesia harus bisa menekan penggunaan data seluler untuk semaksimal mungkin memanfaatkan bandwidth yang tersedia untuk mobile.

"Makanya fokus kami adalah persoalan ekonomi dan efisiensi data. Contohnya saja, ukuran file aplikasi Facebook di Android telah menyusut 50 persen sehingga menghemat bandwidth," kata Zuck setengah berpromosi.

Facebook bersama Internet.org berusaha mendorong efisiensi penggunan data seluler di Indonesia. Caranya dengan mengoptimalkan jaringan dan membuat aplikasi yang mampu menggunakan bandwidth internet dengan lebih hemat.

"Pada akhirnya, koneksi internet ini amat penting, bukan hanya untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia, melainkan juga bagi iklim budaya dan inovasi di seluruh dunia," tutup Zuckerberg.

Efisiensi penggunaan data pun menjadi tema besar lokakarya bertajuk "Mobile Efficiency Developer Workshop" yang terselenggara melalui kerja sama dengan Facebook, Ericsson, dan operator seluler XL Axiata itu. Di sini, sebanyak 40 pengembang aplikasi dari berbagai bidang belajar meningkatkan efisiensi penggunaan data seluler dari aplikasi masing-masing.

Senada dengan Zuckerberg, Presiden Direktur XL Hasnul Suhaimi yang turut hadir di lokasi acara menekankan pentingnya efisiensi penggunaan data oleh aplikasi pada era mobile internet seperti saat ini.

"Punya handphone, jaringan, dan aplikasi, apakah pengalaman pengguna langsung bagus? Kalau dulu, zamannya voice dan SMS, bisa langsung bagus. Sekarang belum tentu karena ada macam-macam protokol yang tidak match," ujar Hasnul.

Hasnul mengaku bahwa pihaknya masih merugi 10 persen dari hasil penjualan setiap 1 GB data karena penggunaan data internet yang tidak efisien di jaringan. "Ini karena volumenya tidak cukup. Konsumen tidak merasakan, tetapi beban jaringannya tinggi," pungkas Hasnul.

Tahun lalu, bekerja sama dengan Ericsson dan Facebook, XL Axiata meneliti metode analisis, pemantauan, dan peningkatan kinerja jaringan secara end-to-end dengan aplikasi mobile Facebook. Penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan berdasarkan temuan dari metode ini disebut telah meningkatkan kinerja jaringan XL Axiata sebesar 70 persen.

Efisiensi bandwidth bisa jadi hanya salah satu faktor penyebab lambatnya akses internet di Indonesia. Pemerataan infrastruktur, regulasi, dan dukungan pemerintah juga disebut sebagai biang keladi permasalahan ini.

Soal lambatnya kecepatan internet di Indonesia ini bakal menjadi pekerjaan rumah bagi menkominfo kabinet Jokowi-JK. Laporan terbaru Akamai menyebutkan, Indonesia hanya menempati peringkat ke-101 di dunia dengan kecepatan internet rata-rata sebesar 2,5 Mbps.

copoy dari : kompas.com