Senin, 29 Desember 2014

Perempuan: Sahabat yang Kerap Dimusuhi Agama

Mengapa agama kerap memusuhi perempuan?
oleh : Lanny Octavia
SATUHARAPAN.COM – ‘Penerbangan terganggu gara-gara lelaki Yahudi ultra-ortodoks menolak duduk di samping perempuan’, demikianlah tajuk berita yang dilansir The Guardian pada tanggal 26/09/2014. Saat menaiki pesawat, rupanya sekelompok lelaki Yahudi ultra-ortodoks meminta supaya penumpang perempuan berpindah ke tempat duduk lainnya, sembari menawarkan uang kompensasi.
Ketika tak mendapat tanggapan yang diinginkan, mereka pun bersikukuh untuk berdiri di lorong pesawat sehingga menunda proses keberangkatan. Meski kemudian sang pilot berhasil meyakinkan mereka untuk duduk tenang, kericuhan pun kembali terjadi sesaat setelah tinggal landas. Mereka kembali berdiri dan menghalangi lalu lalang orang di pesawat yang menempuh belasan jam perjalanan dari New York ke Tel Aviv tersebut.
Di Israel, kelompok inilah yang memperjuangkan pemisahan antara lelaki-perempuan di bis-bis kota dan tempat umum lainnya. Perempuan diharuskan duduk di kursi belakang, agar tak terlihat kemudian menciderai iman mereka pada Tuhan. Sekedar gambar perempuan pun tidak boleh ditampilkan di ruang publik, sampai-sampai foto resmi Gedung Putih yang memperlihatkan sosok Hillary Clinton dalam acara ‘nobar’ penangkapan Usamah bin Laden pun dihapus oleh surat kabar Yahudi Orthodoks seperti Hamodia dan Der Zeitung.  
Orthodoksi serupa juga menjamah agama-agama besar lainnya, termasuk Kristen, Hindu dan Islam. Di Amerika ada kelompok ‘Kristen kanan’ yang mendukung kebijakan konservatif seperti pembatasan kontrasepsi dan aborsi, serta menentang pengakuan hukum atas hak-hak sipil kaum LGBT. Mereka menganggap bahwa liberalisme dan feminisme telah mengundang kemurkaan Ilahi, dan karenanya pula Amerika akhirnya ‘diazab’ oleh siksaan terorisme bertubi-tubi.
Penekanan terhadap nilai-nilai moral tradisional terkait pernikahan dan keluarga, selalu dijunjung tinggi oleh kelompok fundamentalis di mana-mana, baik itu di Amerika maupun di India. Dalam hal ini, perempuan dipandang sebagai penjaga kemurnian agama sehingga harus diatur sedemikian rupa. Tak hanya sekedar mengebiri hak-hak perempuan untuk mengontrol tubuhnya sendiri melalui pelarangan kontrasepsi dan aborsi, fundamentalisme di India bahkan berupaya melangkah lebih jauh lagi dengan memberlakukan hukum keluarga Hindu yang kental dengan aroma patriarki dan menghidupkan tradisi sati (bakar diri sebagai pertanda kesalehan istri yang ditinggal mati sang suami).
Di Indonesia, kelompok Islam fundamentalis juga menunjukkan resistensi yang sama terhadap hak-hak perempuan termasuk dalam soal reproduksi. Hal tersebut dikarenakan perempuan dianggap sebagai ‘ideological and biological reproducers’ yang berperan penting dalam pertumbuh-kembangan gerakan mereka. Sebagai kelompok non-mainstream, mereka berkembang melalui media perekrutan, ikatan pernikahan, dan kelahiran. Di sinilah perempuan berperan sebagai simpul penting yang mengaitkan jejaring gerakan melalui pernikahan, untuk kemudian melahirkan tentara-tentara (jundi) demi memperkuat barisan yang berkehendak menegakkan firman Tuhan.
Secara ideologis, perempuan jualah yang menyemaikan nilai-nilai fundamentalis pada generasi penerusnya. Di sisi lain, perempuan turut berperan secara aktif dan produktif pula dalam merekrut, melatih dan mengindoktrinasi sesama saudara perempuan. Mereka pun tak segan-segan turun ke jalanan demi menyukseskan agenda gerakan. Perempuan merupakan simbol identitas kelompok, sekaligus sebagai instrumen yang efektif untuk menerapkan ideologi mereka. Tak heran jika kemudian perempuan lah yang menjadi sasaran utama dalam proyek Islamisasi atau syariatisasi di negeri ini.
Mengapa Perempuan?
Jikalau fundamentalisme agama selalu mengorbankan perempuan, lalu mengapa pula mereka mendukung gerakan ini dan mengadopsi ideologi patriarki dengan sepenuh hati? Hasil penelitian Yayasan Rumah Kita Bersama (Rumah KitaB) menunjukkan bahwa sedikitnya ada tiga alasan yang melandasi partisipasi perempuan dalam gerakan Islam fundamentalis di Indonesia. Pertama, faktor ideologi. Jika ditelusuri, rata-rata perempuan ini pada awalnya awam dalam soal agama. Gerakan inilah yang pertama kali menyadarkan mereka akan keterbatasan wawasan agama, dan mendorong mereka untuk terus menerus mencari kebenaran hakiki. Mereka pun merasa menjadi Muslim yang yang terlahir kembali setelah mendapat pencerahan ukhrawi.
‘Women are the best friends of religions, but religions are not always the best friends of women’. (Annemarie Schimmel)
Yang didambakan tak lain adalah kemurnian, karenanya mereka pahami ayat suci apa adanya tanpa memandang konteks kekinian. Mereka cenderung mengklaim kebenaran tunggal, karena meyakini hanya kelompoknyalah yang diberi-Nya petunjuk atau hidayah. Misi mereka pada akhirnya adalah menerapkan hukum ilahi bukan hanya dalam skala pribadi, namun menyeluruh di semua lini kehidupan duniawi.
Kedua, faktor sosial. Rata-rata perempuan ini ‘diselamatkan’ oleh saudara dekatnya sendiri. Mereka yang tadinya terasing pun menemukan kembali rasa kebersamaan dan persaudaraan sejati di dalam ‘keluarga’ baru ini. Di sinilah mereka mendapatkan kenyamanan dan perlindungan sosial, yang semakin jarang ditemukan di masyarakat yang semakin individualistis.
Ketiga, faktor ekonomi. Keikutsertaan mereka dalam kelompok ini memanglah tak didasarkan pada insentif materi. Namun berkat berbagai peran produktifnya, mereka memperoleh hal-hal yang tak ternilai harganya: mulai dari rasa damai karena jaminan pahala dan kenikmatan surgawi, pengetahuan dan ketrampilan dalam berorganisasi, sampai kepuasan batin dan rasa percaya diri. Mereka merasa dihargai dan diberi posisi, sebagai guru mengaji atau dai, dan memiliki pasar tersendiri bagi berbagai usaha ekonomi: mulai dari majalah dan busana Islami, sampai obat dan pengobatan ala Nabi. Ada pula yang memilih bertahan dalam gerakan ini karena terlanjur nyaman menikmati sokongan moril materil dari para pengikutnya.
Penelitian Rumah KitaB juga menunjukkan bahwa gerakan Islam fundamentalis di Indonesia tidaklah monolitik. Sebagian kelompok dengan tegas meminggirkan perempuan yang dianggap aurat dan fitnah, sehingga mereka akhirnya meminimalkan atau bahkan meniadakan sama sekali peran perempuan di ranah publik. Namun demikian, peminggiran perempuan tidak terjadi di dalam gerakan yang bersifat politis, yang justru menggerakkan dan meningkatkan keterlibatan perempuan di ranah publik demi meraih tujuan mereka.
Partisipasi perempuan dalam hal ini dibolehkan atas nama ‘dakwah,’ yang diterjemahkan dalam skala yang luas, dan didasarkan pada teladan tokoh perempuan Islam dalam sejarah. Segregasi jender yang diterapkan menjadi ‘blessing in disguise’, dan membuka ruang tersendiri bagi perempuan untuk memainkan peran yang setara dengan saudara lelakinya dalam gerakan. Meski demikian, peran perempuan diperbolehkan dengan berbagai batasan: misalnya, sejauh anak-suami tidak terabaikan, tidak dijalankan di waktu malam, atau bercampur dengan non-mahram.
Sebagaimana fundamentalisme dalam agama-agama lainnya, kelompok Islam fundamentalis  juga menerapkan pembagian kerja berbasis jender secara rigid: lelaki berperan mencari nafkah di ruang publik, sementara perempuan berperan dalam rumah tangga di ranah domestik, sebagai istri dan ibu yang baik. Perempuan dipandang mengandung marabahaya, dan karena itulah kehormatannya harus dilindungi dan gerak-geriknya harus dibatasi sedemikian rupa. Ketidaksetaraan lelaki-perempuan dalam sejumlah aturan yang mencakup kepemimpinan, warisan dan pernikahan mereka pandang menyimpan hikmah mendalam.
Bagi mereka, kesetaraan tidak memiliki landasan Islami, melainkan bagian dari upaya destruktif yang dilancarkan musuh Islam untuk memperlemah agama ini. Di titik tersebut, nampaknya betul kata ahli sufisme, Annemarie Schimel: perempuan merupakan sahabat terbaik agama, meskipun agama sendiri tak selalu bersahabat terhadap perempuan: ‘Women are the best friends of religions, but religions are not always the best friends of women’.
Penulis adalah alumni Institute of Arab and Islamic Studies, University of Exeter, UK.

copy dari :
satuharapan.com/read-detail/read/perempuan-sahabat-yang-kerap-dimusuhi-agama
diposting sumber tgl 29 desember 2014

Pastikan Perbaikan Gaya Hidup

Inilah di antara tulisan terbaik Syekh Ali Thanthawi Mesir Rahimahullah:

Pada saat engkau mati, janganlah kau bersedih. Jangan pedulikan jasadmu yang sudah mulai layu, karena kaum muslimin akan mengurus jasadmu.
Mereka akan melucuti pakaianmu, memandikanmu dan mengkafanimu lalu membawamu ke tempatmu yang baru, kuburan.

Akan banyak orang yang mengantarkan jenazahmu bahkan mereka akan meninggalkan pekerjaannya untuk ikut menguburkanmu. Dan mungkin banyak yang sudah tidak lagi memikirkan nasihatmu pada suatu hari.....

Barang barangmu akan dikemas; kunci kuncimu, kitab, koper, sepatu dan pakaianmu. Jika keluargamu setuju barang2 itu akan disedekahkan agar bermnfaat untukmu.

Yakinlah; dunia dan alam semesta tidak akan bersedih dg kepergianmu.
Ekonomi akan tetap berlangsung!
Posisi pekerjaanmu akan diisi orang lain.
Hartamu menjadi harta halal bagi ahli warismu. Sedangkan kamu yg akan dihisab dan diperhitungkan untuk yang kecil dan yang besar dari hartamu!

Kesedihan atasmu ada 3;
Orang yg mengenalmu sekilas akan mengatakan, kasihan.
Kawan2mu akan bersedih beberapa jam atau beberapa hari lalu mereka kembali seperti sediakala dan tertawa tawa!
Di rumah ada kesedihan yg mendalam! Keluargamu akan bersedih seminggu dua minggu, sebulan dua bulan, dan mungkin hingga setahun??
Selanjutnya mereka meletakkanmu dalam arsip kenangan!

Demikianlah "Kisahmu telah berakhir di tengah2 manusia".
Dan kisahmu yang sesungguhnya baru dimulai, Akhirat!!
Telah musnah kemuliaan, harta, kesehatan, dan anak.
Telah engkau tinggalkan rumah, istana, Suami dan istri tercinta.
Kini hidup yg sesungguhnya telah dimulai.

Pertanyaannya adalah:
Apa persiapanmu untuk kuburmu dan Akhiratmu??
Hakikat ini memerlukan perenungan.

Usahakan dengan sungguh2;
Menjalankan kewajiban kewajiban,
hal-hal yg disunnahkan,
sedekah rahasia,
merahasiakan amal shalih,
shalat malam,
tilawah al qur'an,
Semoga saja engkau selamat.

Andai engkau mengingatkan manusia dengan tulisan ini insya Allah pengaruhnya akan engkau temui dalam timbangan kebaikanmu pada hari Kiamat. "Berilah peringatan, karena peringatan itu bermanfaat bagi orang orang mukmin"

(Diterjemahkan oleh Ust. Ainul Haris, semoga Allah mengampuninya)

dicopy dari : Inspirasi Islami

Kamis, 18 Desember 2014

Film Streets of Fire

...eh jadi  inget ada film Streets of Fire.. dengerin lagunya...


Menikmati Kemampuan Musik

postingan bagus pakar musik, copy dari blog rahasia ilmu musik di blokspot.

Kemampuan Musik Yang Komprehensif ? Apa Maksudnya ?...
banyak orang yang beranggapan bahwa seseorang yang memiliki kemampuan teknik speed dalam bermusik sudah bisa dianggap paling hebat, ini sebenarnya anggapan yang berkembang di kalangan awam, karena opini ini cenderung cuma diambil dari perspektif kecepatan, tidak melihat kualitas nada, kualitas irama, kualitas timing, kualitas touching, dan lain-lain.. lalu sebenarnya yang mainnya nge-jleb itu seperti apa?..

Jawab:
yang komprehensif melihat permainan dari berbagai perspektif adalah penilaian yang adil, ada yang mainnya cepat, bersih dan menawan, ini belum cukup dibilang bagus jika nada-nadanya monoton, dinamikanya stak, timingnya tidak pas atau ritem notnya over flat… permainan yg paling melekat di hati adalah TAHU KAPAN MAIN BENAR, saat ada part yang cocok diisi speed, silahkan isi, saat cocoknya touching yang ‘deep’ silahkan isi, saat pasnya sedikit nada tapi timingnya nge-kick silahkan isi, saat enaknya ‘silent’ beberapa bar silahkan diam, dan lain-lain.. serta disaat bermain ada bayangan ilustrasi visual bahwa kita sedang membayangkan beberapa style permainan bukan cuma satu, jadi ada pelebaran ide secara otomatis dan variant exploring… harus diakui cara-cara seperti ini memang sulit, karena butuh kedewasaan permainan, kontrol, visi dan target… tapi nikmatnya musik ada disini…dan benarnya musik juga ada di permainan seperti ini…
# selamat mencari ‘kenikmatan’… :-)
(Words/Lesson By Dani Mkd @Reyal Musik)

Selasa, 09 Desember 2014

https://twitter.com/ummi_irena/status/542258792788815874 

Capturing diatas berasal dari twit Bunda Irena tanggal 9 Desember 2014, yaitu pada link url https://twitter.com/ummi_irena/status/542258792788815874. Bahwa candu, entah itu minuman keras, narkoba pada dasarnya bagian dari ancaman bangsa.

Dalam beberapa hari sebelum posting ini dibuat bunda, pemberitaan tentang korban miras oplosan banyak berjatuhan. Respons Sekjen MUI Jabar menanyakan peran 'ulama yang dinilainya kurang "efektif" berkiprah. Menurutnya lemahnya pengaruh 'ulama/kiai ini sebagai "Saya melihat ini akibat pemerintah tidak menjadikan agama sebagai kaidah penuntun dalam menjalankan roda pemerintahan. Kalau agama tidak dijadikan kaidah penuntun, kemungkaran apapun bisa bebas. Dari perspektif sufistik, negara kalau begini terus tinggal menunggu kehancuran,"(okezone, 6 desember 2014).

Tanggal 6 Desember 2014 ini pun Presiden Joko Widodo diberitakan akan menolak permintaan grasi narapidana narkoba, berikut copy berita dari kompas :

Presiden Republik Indonesia Ir Joko Widodo atau Jokowi memastikan akan menolak permohonan grasi yang diajukan oleh 64 terpidana mati kasus narkoba. Kepastian itu disampaikan Presiden Jokowi di hadapan civitas akademika Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, dalam kuliah umum yang digelar di Balai Senat Gedung Pusat UGM, Selasa (9/12/2014).

"Saya akan tolak permohonan grasi yang diajukan oleh 64 terpidana mati kasus narkoba. Saat ini permohonannya sebagian sudah ada di meja saya dan sebagian masih berputar-putar di lingkungan Istana," kata Presiden Jokowi.

Presiden Jokowi menegaskan, kesalahan itu sulit untuk dimaafkan karena mereka umumnya adalah para bandar besar yang demi keuntungan pribadi dan kelompoknya telah merusak masa depan generasi penerus bangsa.

"Saya mendapat laporan, sedikitnya 4,5 juta masyarakat Indonesia telah menjadi pemakai narkoba. Dari jumlah itu, 1,2 juta sudah tidak bisa direhabilitasi karena sudah sangat parah dan antara 30 sampai 40 orang setiap harinya meninggal dunia karena narkoba," ungkap Jokowi.

Penolakan permohonan grasi itu, menurut Presiden Jokowi, sangat penting untuk menjadi shock therapy bagi para bandar, pengedar, maupun pengguna. Presiden Jokowi juga menyatakan sangat kaget dengan kasus narkoba yang terjadi di Makassar. [Baca juga: Guru Besar Universitas Hasanuddin Ditangkap "Nyabu" Bareng Mahasiswinya]

"Kejadian itu membuktikan bahwa ancaman narkoba sudah luar biasa, bukan saja di kalangan anak muda, bahkan orang yang sangat mapan dan sangat terpelajar pun bisa menjadi korbannya. Karena itu, menurut saya, Indonesia saat ini sudah darurat narkoba," kata Presiden Jokowi.

Acara kuliah umum itu sendiri merupakan bagian dari rangkaian peringatan Dies Natalis ke-65 UGM. Selain dihadiri oleh civitas akademika UGM, acara itu juga dihadiri Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, semua bupati dan wali kota di DIY, serta beberapa menteri Kabinet Kerja.

link berita kompas : http://regional.kompas.com/read/2014/12/09/16545091/Jokowi.Tolak.Permohonan.Grasi.64.Terpidana.Mati.Kasus.Narkoba